Menghadapi awal tahun dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), Kementerian Pertanian terus berupaya menjaga pasokan dan produksi komoditas strategis salah satunya cabai guna menjaga agar harganya tetap stabil. Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto saat panen raya cabai di Subang, Jumat (6/1) kemarin.
Upaya tersebut sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang meminta seluruh jajarannya untuk meningkatkan produksi komoditas strategis termasuk cabai.
“Kita akan menggenjot produksi, sehingga harga cabai kedepan berangsur-angsur stabil,” ungkap SYL.
Menindaklanjuti arahan SYL, Prihasto Setyanto, mengatakan bahwa Direktorat Jenderal Hortikultura telah memberikan bantuan benih cabai melalui APBN Tahun Anggaran 2022.
“Cabai yang dipanen saat ini adalah cabai keriting varietas kastilo F1, yang merupakan bantuan dari APBN Tahun anggaran 2022. Bantuan ini dimaksudkan untuk menggenjot produksi cabai dan sebagai salah satu upaya stabilisasi harga sebagaimana arahan Menteri Pertanian,” ungkap Dirjen Hortikultura.
Lebih lanjut diungkap Prihasto, panen raya ini dapat memenuhi beberapa permintaan cabai di beberapa pasar meskipun Subang bukan daerah sentra.
“Subang bukan daerah sentra cabai, tetapi adanya panen raya di awal tahun ini dapat memenuhi permintaan cabai, khususnya pasokan ke Pasar Induk Cikopo dan Cibitung aman. Hal ini menandakan pasokan cabai cukup dan jika pasokan cabai aman, maka harga akan terkendali,” terang Prihasto.
Dalam sambutannya, Prihasto juga berpesan ke petani untuk meminimalisir penggunaan pestisida dalam proses budidaya cabai agar tingkat kesuburan tanah terjaga dan aman konsumsi.
“Pengembangan kawasan hortikultura harus memperhatikan K3 yaitu, menjaga kualitas, meningkatkan kuantitas dan menjaga kontinuitas. Hal ini dapat diimplementasikan dalam langkah-langkah yang tepat, cepat dan terukur dalam kegiatan seperti pada kawasan cabai, terdapat bantuan sarana produksi, benih cabai bentuk biji dan seedling serta kemitraan dengan para champion untuk memastikan pasokan cabai sepanjang tahun dengan pengaturan pola tanam. Dan tidak kalah penting, petani juga harus meminimalisir penggunaan pestisida agar tingkat kesuburan tanah terjaga dan aman konsumsi,” jelas Prihasto.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Dinas Pertanian Subang, Nenden Setiawati. Menjelang HBKN seperti Imlek, Puasa, Idul Fitri dan Idul Adha direntang bulan Februari hingga Mei, pihaknya optimis pasokan cabai di Subang aman.
“Pola tanam cabai di sini dilaksanakan dua kali setahun yaitu bulan September dan Maret. Tapi kami optimis pasokan di Kabupaten Subang aman. Meskipun cabai di Desa Palasari baru ditanam dan diprediksi baru akan panen pada bulan Juli-Agustus, namun masih terdapat daerah lain di sekitar yang panen tidak barsama sehingga pasokan jelang HBKN insya Allah aman,” papar Nenden.
Kepala Bidang Tanaman Hortikultura, Dinas Pertanian Kabupaten Subang, Endra Mulyawan, mengatakan bahwa di Kabupaten Subang terdapat potensi pengembangan cabai besar seluas 90 Ha/tahun.
“Luasan 90 ha/tahun tersebut terdiri dari 87 Ha berada di Kecamatan Ciater dan sisanya di Kecamatan Cisalak. Desa Palasari berkontribusi sekitar 69 % cabai besar dari luas cabai di Kecamatan Ciater,” terangnya.
Endra menambahkan bahwa jumlah kelompok tani yang terdaftar sebagai petani cabai ada 2 (dua), salah satunya Kelompok Tani Berkah Cijolang.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Berkah Cijolang, Aceng Wahyu mengungkapkan bahwa hasil panen cabai dari Desa Palasari dijual ke Pasar Cikopo dan Cibitung.
“Setiap hari hasil panen berkisar antara 3 hingga 4 ton, dan dibawa ke Pasar Cikopo dan Cibitung untuk dijual dengan harga Rp. 28.000 perkilo,” terang Aceng.
Ditambahkan Aceng, bahwa yang dipanen saat ini adalah petikan kelima. “Diperkirakan akan habis dan panen terakhir pada bulan Februari,” pungkasnya.
Kontributor : Nur Eva Hayati