*Rilis Kementan, 4 Nopember 2019*
Konawe Selatan – Peningkatan nilai tambah dan daya saing merupakan aspek terpenting dari grand design pengembangan komoditas hortikultura. Produk-produk hortikultura ke depan harus lebih mampu bersaing di pasar internasional.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Prihasto Setyanto mengatakan, penetrasi buah impor saat ini luar biasa. Terutama pasca ratifikasi (World Trade Organization), dimana suatu negara tidak boleh melarang aktivitas penjualan komoditas hortikultura, kecuali karena satu hal-hal tertentu.
Anton-sapaannya lantas menceritakan pengalamannya ke Desa Angata, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, saat menghadiri pembukaan peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-39.
“Anggur impor dari Tiongkok dijual di desa-desa sana. Ada pir. Mana buah buahan lokal kita? Artinya apa, ini menjadi tantangan kita bersama untuk meningkatkan daya saing buah-buahan lokal,” ujar dia saat memberikan kuliah umum bertajuk ‘Kebijakan Strategi Kementerian Pertanian Dalam Pembangunan Hortikultura 2020-2024’ di Aula Pascasarjana Universitas Haluoleo, Minggu (4/10).
“Peningkatan nilai tambah dan daya saing akses ekspor hortikultura menjadi sebuah keniscayaan. Produk hortikultura yang berdaya saing, sehingga bisa berjaya di dunia internasional,” lanjut alumnus Universitas Brawijaya tersebut.
Dia menjelaskan, Kementerian Pertanian telah merumuskan arah pengembangan hortikultura dalam lima tahun ke depan. Salah satu tujuannya adalah meningkatkan daya saing komoditas hortikultura.
“Kita harap nantinya bisa menstimulus terhadap ekspor, produk berdaya saing, serta memacu peningkatan ekonomi,” beber Prihasto.
*Tahun 2020 Pacu Ekspor Hortikultura, Pangkas Sejumlah Aturan*
Dia menambahkan, mulai 2020 mendatang pengembangan kawasan hortikultura akan dilakukan secara masif. Artinya ketika di satu daerah ada komoditas hortikultura yang potensial, maka bantuannya akan dimasifkan.
“Misalnya satu daerah punya 50 hektar kawasan buah. Kemudian hasil panennya bagus. Nanti kita akan perluas skalanya sampai 200 hektar. Kami berikan juga bibit unggul,” cetus Anton.
Kementan, kata dia, siap memberikan bantuan bibit, pupuk, hingga pengendalian OPT selama 5 tahun ke depan.
“Muaranya nanti adalah bagaimana tercipta basis-basis komoditas hortikultura yang besar dan terintegrasi. One Village One Variety. Ketika ada pasar ekspor, mempermudah memasarkan,” ujar pria yang pernah menjabat sebagai Direktur Sayur dan Tanaman Obat tersebut.
Dalam kesempatan itu, Anton juga menyinggung ihwal instruksi Presiden Joko Widodo terkait penyederhanaan birokrasi. Saat ini, Kementan tengah menginventarisir sejumlah regulasi-regulasi yang dinilai tumpang tindih.
“Terkait ekspor hortikultura ada sekitar 14 aturan yang kami sedang mencoba memangkasnya menjadi empat aturan,” ungkap Anton.
Dia mengemukakan bahwa penyederhanaan aturan dilakukan untuk menstimulus peningkatan ekspor.
“Semangat Bapak Presiden adalah bagaimana memangkas prosedur yang berbelit. Tujuannya tak lain supaya investasi tak terhambat. Ini juga yang sedang kami rumuskan,” pungkasnya.