Kapulaga putih asal Indonesia sebanyak kurang lebih 25 ton siap diekspor ke Tiongkok. Pelepasan ekspor kapulaga putih ini berlangsung di Kawasan Industri Manis, Kelurahan Kadu, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang, Banten oleh CV Suwarna Indosemesta dan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Kamis (16/2).
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Bambang Sugiharto menyampaikan bahwa kapulaga menjadi salah satu komoditas tanaman obat yang diminati di mancanegara, terlebih lagi kapulaga putih yang hanya bisa ditemukan di Indonesia.
“Kapulaga ini banyak sekali peminatnya, salah satunya Belanda. Tapi memang masih belum banyak eksportir kapulaga. Oleh karena itu, saya apresiasi sekali CV Suwarna Indosemesta karena telah ekspor kapulaga putih minimal 20 kontainer atau sekitar 250 ton per bulannya,” ujar Bambang, saat menghadiri pelepasan ekspor kapulaga ini.
Bambang menambahkan, Ditjen Hortikultura akan memaksimalkan program Kampung Tanaman Obat untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah kapulaga, sehingga dapat memenuhi standar kualitas dan kuantitas dari perusahaan eksportir.
“Ada sekitar 450 hektare pertanaman kapulaga di Kampung Tanaman Obat seluruh Indonesia. Ke depannya, kami akan ajak para eksportir untuk mengunjungi kampung-kampung tersebut dan memberikan workshop kepada para petani. Harapannya, dapat menjalin kemitraan untuk menjadi offtaker dari para petani kapulaga di Indonesia,” tambahnya.
Direktur CV Suwarna Indosemesta, Yunita Gunawanto mengungkapkan nilai ekspor kapulaga putih kali ini mencapai 1,5 milyar Rupiah.
“Hari ini, kami ekspor 2 kontainer dengan total 25 ton. Nilai ekspornya mencapai 750 juta Rupiah per kontainer karena harga per kilogramnya di angka 60 ribu Rupiah,” terang Yunita.
Ekspor kapulaga ini, kata Yunita, sudah sangat rutin dan banyak permintaan. Sekitar 4 kontainer per minggu. Namun, suplai barang yang masih belum stabil. Belum lagi, dinamisnya gejolak harga kapulaga membuat barang yang dijanjikan tidak datang.
“Masih sulit menemukan pemasok barang yang berkomitmen. Untuk itu, saya berharap dukungan dari Kementerian Pertanian untuk menaruh perhatian lebih kepada petani tanaman obat agar kualitas dan kuantitasnya dapat meningkat. Karena permintaan tanaman obat dari luar sangat tinggi,” tutup Yunita.