Kementerian Pertanian terus melakukan upaya konkret untuk mengamankan pasokan cabai dari sentra-sentra produksi terutama saat musim kemarau seperti saat ini. Langkah-langkah perbaikan produksi hingga pascapanen cabai gencar dilakukan. Seluruh kawasan cabai terutama yang memasok kebutuhan Jabodetabek telah dilakukan inventarisasi potensi produksinya. Bahkan, Kementan dalam waktu dekat siap menggelar operasi pasar untuk membantu masyarakat mendapat harga lebih murah.
“Lahan cabai yang berada di topografi berlereng memang banyak yang terdampak kekeringan sehingga berpengaruh terhadap produksi. Belum lagi imbas dari jatuhnya harga cabai beberapa waktu lalu yang berlangsung cukup lama yang membuat petani tidak optimal merawat tanamannya,” ujar
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, saat melakukan monitoring di lahan cabai Kampung Pasir Cina, Cipendawa, Pacet, Cianjur mengatakan bahwa lahan cabai yang berada di topografi berlereng memang banyak yang terdampak kekeringan sehingga berpengaruh terhadap produksi. Belum lagi imbas dari jatuhnya harga cabai beberapa waktu lalu yang berlangsung cukup lama yang membuat petani tidak optimal merawat tanamannya.
“Kami sudah lakukan berbagai upaya taktis, strategis dan komprehensif diantaranya mengoptimalkan bantuan sarana pengairan, memaksimalkan panen, pengawalan sentra produksi, konsolidasi petani champion cabai, hingga menggelar operasi pasar murah,” ujar pria yang akrab dipanggil Anton tersebut, didampingi Kepala Dinas Pertanian Cianjur, Mamad Nano, Senin (5/8).
Menurut Dirjen yang baru beberapa hari menjabat tersebut, menyatakan pihaknya akan memacu pengembangan cabai varietas lokal yang tahan terhadap berbagai cuaca. Produksi cabai varietas lokal akan ditingkatkan karena terbukti pada saat kemarau seperti sekarang ini, cabai lokal lebih bertahan dibanding jenis hibrida. Bahkan, katanya, cabai lokal di Cianjur ada yang bertahan sampai panen sebanyak 60 kali. Petani setempat menyebutnya cengek domba atau cengek setan.
“Kami akan dorong benih-benih lokal tersebut segera didaftarkan dinas setempat untuk disertifikasi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB). Ini sangat penting sebagai bagian dari upaya perlindungan pemerintah terhadap petani cabai,” tukasnya.
Saat melakukan kunjungan ke lahan cabai kemitraan antara kelompoktani Bina Muda Lestari dengan Brimob Cianjur, Anton mengaku senang melihat partisipasi konkrit berbagai pihak dalam mendorong pengembangan cabai.
“Kami dorong berbagai pihak untuk ikut bersama-sama mengembangkan cabai melalui kemitraan dengan petani, seperti yang sudah dilakukan Brimob Cianjur. Setidaknya ini bisa membantu keluarga Brimob dalam memenuhi kebutuhan cabai. Kalau model kerjasama seperti ini dikembangkan lebih luas lagi, saya yakin masalah cabai dapat terselesaikan,” tukas Anton optimis.
Usep, petani cabai asal Cipendawa, Pacet, Cianjur mengaku siap mendukung upaya Kementan mengamankan pasokan cabai termasuk memasok kebutuhan operasi pasar DKI Jakarta.
“Kami sudah bertahun-tahun dibina Kementan. Kami percaya betul dengan langkah-langkah kebijakan Kementan selama ini terbukti berpihak pada petani. Saat harga bagus begini, satu sisi memang membuat kami senang. Tapi di sisi lain kami tidak _enjoy_ kalau terlalu tinggi. Kasihan konsumen cabai kalau harga terlalu tinggi,” ujar Usep.