*Rilis Kementan, 13 Mei 2020*
Nomor : 467/R-KEMENTAN/05/2020
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengingatkan pentingnya menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan di tengah situasi ketidakpastian saat ini. Dirinya meminta seluruh jajarannya untuk bekerja sepenuh hati dalam memenuhi kebutuhan perut 267 juta rakyat Indonesia, termasuk bawang merah yang merupakan komoditas strategis hortikultura.
“Tidak perlu panik, disaat menghadapi beragam situasi yang kerap sulit diprediksi sekalipun. Soal pangan, toh semua faktor telah diperhitungkan,” ungkapnya.
Mentan juga meminta seluruh jajarannya untuk tetap fokus dalam memenuhi 11 kebutuhan bahan pokok bagi rakyat Indonesia.
“ Jangan sampai lengah. Kita pastikan bahwa kekhawatiran berbagai pihak akan terjadinya kelangkaan bahan pangan itu tidak terjadi,” tandasnya.
Sementara itu Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto dalam keterangannya Rabu (13/5) menegaskan pihaknya terus siaga memantau ketersediaan komoditas hortikultura strategis termasuk bawang merah. “Untuk bawang merah, perkiraan kami produksi nasional masih lebih tinggi dibandingkan kebutuhan. Artinya secara kumulatif bawang merah masih surplus. Namun harus diakui, distribusinya memang masih belum merata. Ini tugas kolektif bersama,” ungkap pria yang akrab dipanggil Anton ini.
Terkait ketersediaan produk hortikultura saat pandemi Covid-19, Anton menyatakan pihaknya telah menyiapkan berbagai strategi.
“Sesuai arahan Pak Mentan, kami telah siapkan strategi tanggap darurat Covid-19 antara lain Fasilitasi Pemasaran Produk Hortikultura Bagi Petani terdampak Covid-19, Sewa Gudang untuk mengatasi Kelebihan Hasil Produksi Petani Hortikultura, Bantuan Penyediaan Bahan Pangan Hortikultura untuk Masyarakat terdampak Covid-19 dan Bantuan Benih Hortikultura Bagi Petani terdampak Covid-19,” ungkapnya.
Berdasarkan data Early Warning System (EWS) bawang merah yang disesuaikan hitungannya berdasarkan produksi rogol kering askip, prediksi Ditjen Hortikultura pada bulan Mei-Agustus 2020 terdapat produksi sebanyak 348.343 ton sedangkan kebutuhan sebesar 342.598 ton, sehingga surplus sebesar 5.745 ton. Adapun luas pertanaman bawang merah secara nasional selama periode Januari – Mei 2020 tercatat seluas 74.083 ha dengan rincian bulan Januari seluas 17.472 ha, Februari seluas 14.739 ha, Maret seluas 14.278 ha, April seluas 14.088 ha dan Mei seluas 13.506 ha.
*_Produksi Nasional Aman, Harga di Tingkat Petani Membaik_*
Sukarman, Plt. Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, memastikan neraca kumulatif bawang merah nasional masih terbilang aman. “Dari data Early Warning System (EWS) yang sudah kita petakan, neraca kumulatif nasional bawang merah masih surplus meskipun memang masih banyak daerah yang minus. Kawasan produksi bawang merah skala besar memang belum merata di seluruh provinsi,” ujarnya.
Untuk itu, Sukarman menghimbau daerah yang diperkirakan minus untuk melakukan gerakan tanam untuk mengurangi defisit dan ketergantungan. “Jangan melulu bergantung pasokan dari wilayah lain,” sambungnya.
Dikonfirmasi melalui jaringan seluler, sebanyak 18 sentra bawang merah pemasok Jabodetabek yang meliputi Bandung, Garut, Cirebon, Majalengka, Grobogan, Pati, Demak, Temanggung, Brebes, Kulonprogo, Malang, Probolinggo, Nganjuk, Pamekasan, Lombok Timur, Bima, Solok dan Enrekang diperkirakan jumlah produksinya di bulan Mei-Juni 2020 mencapai 125.363 ton (rogol kering askip) dengan luas panen sekitar 15.014 ha. Hasil produksi tersebut diprediksi mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di 18 sentra sebesar 16.344 ton dan masyarakat jabodetabek sebesar 20.357 ton serta masih terdapat neraca surplus sebesar 88.662 ton
Miftah, tenaga kontrak di Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan yang juga petani bawang merah mengungkapkan bahwa harga bawang merah di tingkat petani saat ini cukup bagus tetapi produktivitasnya cenderung rendah.
“Harga bawang merah lagi bagus pak. Tapi sayang rata-rata produksinya menurun karena hama dan penyakit,” katanya.
Menurut Miftah, harga bawang merah di tingkat petani untuk kualitas super bisa mencapai Rp35 ribu per kilogram, sementara yang berukuran kecil sampai sedang Rp 20 ribu per kilogram. Dari catatannya, setidaknya terdapat 219 hektar lahan bawang merah yang siap dipanen pada bulan Mei ini. “Kalau se- Kabupaten Grobogan dalam setahun bisa mencapai lebih dari seribu hektar,” imbuhnya.
Berdasarkan pantauan Petugas Informasi Pasar Ditjen Hortikultura (10/5), harga bawang merah di tingkat petani terendah tercatat Rp 21.000/kg di Kabupaten Malang, sedangkan harga tertinggi mencapai Rp 45.000/kg di Kabupaten Agam. Harga di Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) terpantau Rp 41.000/kg, sementara harga rata-rata di tingkat pasar retail menembus Rp 51.000/kg. Harga di PIKJ terpantau mulai meningkat sejak minggu kedua bulan April dengan harga rata-rata lebih dari Rp 35.000 per kilogram.
“Beberapa hari ini pasokan yang masuk Pasar Induk Kramat Jati memang turun terus dibanding minggu lalu. Stok bawang merah yang ada hari ini grade premium atau super. Kalau yang medium masih Rp 38.000 tapi memang barangnya masih sedikit,” ujar Syarif, salah satu pedagang bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati saat dikonfirmasi via sambungan seluler.
Menurutnya, banyak pedagang besar yang memiliki stok bawang medium mengambil kesempatan untuk menjual dengan harga premium sehingga harganya naik lebih tinggi Rp 5.000 per kilogramnya.