Depok – Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar rapat Sinkronisasi Pelaksanaan Program peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura 2020, Selasa (28/1). Kegiatan ini dilakukan dalam rangka membangun koordinasi ke seluruh stakeholder Kementan hingga ke tingkat daerah dalam rangka mendongkrak ekspor komoditas hortikultura.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menargetkan peningkatan ekspor hortikultura sampai tiga kali lipat. Hal ini diyakini akan tercapai karena hortikultura adalah salah satu andalan komoditas pertanian Indonesia. Produksi sayur, buah tropis Indonesia memiliki kekhasan dibanding negara-negara lain.
“Oleh karena ini menjadi ruang gerak kita untuk melakukan upaya-upaya ekspor. Banyak sayur dan buah yang dibutuhkan dunia, bahkan manggis misalnya. Dunia membutuhkan itu. Selain itu tentunya intervensi hortikultura adalah termasuk kepada tanaman obat-obatan. Itu yang akan kita tuju besok. Rapat koordinasi dan konsultasi yang dilakukan sekarang ini adalah untuk membangun itu. Perlu dibuat konsepsi dan _mapping_ yang tepat terhadap poin-poin yang harus dilakukan,” papar Syahrul.
Menurut mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu, awal tahun 2020 ini dibutuhkan lompatan yang cepat untuk melaksanakan kegiatan sehingga berdampak signifikan pada peningkatan produktivitas.
“Kita menetapkan target peningkatan produksi komoditas utama sebanyak 7 persen per tahun, gerakan tiga kali lipat ekspor (GraTIEks) hingga tahun 2024, serapan KUR sektor pertanian sebesar Rp 50 triliun per tahun. Khusus untuk Hortikultura target serapan KUR senilai 6,39 T,” katanya
Dirinya mengatakan untuk mewujudkan pertanian modern, ada empat aspek yang perlu dijadikan fokus perhatian. Pertama, peningkatan produksi dan produktivitas melalui gerakan nasional peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian serta peningkatan kapasitas SDM pertanian;
Kedua, menurunkan biaya pertanian menuju pertanian berbiaya rendah melalui peningkatan efisiensi dan pengembangan kawasan berbasis korporasi, selanjutnya Ketiga, pengembangan dan penerapan mekanisasi serta akselerasi pemanfaatan inovasi teknologi;
Keempat adalah ekspansi pertanian melalui perluasan pemanfaatan lahan termasuk lahan rawa dan sub optimal lainnya serta penyediaan air (irigasi, embung, dan bangunan air lainnya).
SYL lantas membahas ihwal penggolongan kawasan pertanian dalam tiga kelompok. Yakni kawasan utama, kawasan andalan dan kawasan pengembangan. Dia berharap pembangunan hortikultura menjadi efektif, yakni
tercipta klaster usaha yang menerapkan sistem budidaya yang efisien, modern, maju sehinga dihasilkan produk berdaya saing.
“Manfaatkan inovasi teknologi budidaya hingga pasca panen secara baik untuk terwujudnya sistem pertanian ramah lingkungan dan menuju _zero waste farming system_ ,” beber dia.
Untuk mendukung akselerasi ekspor, lanjut Syahrul, perlu dilakukan kegiatan off-farm termasuk pasca panen dan pengolahan agar sesuai dengan tuntutan pasar baik dalam negeri maupun ekspor. Caranya tidak lain dengan memperhatikan aspek jaminan mutu produk.
“Semua target tersebut, tentu saja Kementerian Pertanian tidak berdiri sendiri. Peran saudaraku di berbagai daerah tentunya sangat besar. Oleh karena itu, kita perlu menyatukan langkah secara bersama untuk mencapai tujuan peningkatan kesejahtaraan masyarakat petani dan kedaulatan bangsa Indonesia yang kita cinta,” bebernya.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto menyebutkan bahwa jajarannya telah melakukan berbagai tindak lanjut untuk mewujudkan visi pertanian yang maju, mandiri dan modern sebagaimana arahan Menteri Pertanian, yakni melalui GEDOR Horti yaitu Gerakan Dorong Produksi, Daya Saing dan Ramah Lingkungan Hortikultura.
“GEDOR Horti sendiri merupakan gerakan terpadu yang mengkombinasikan berbagai strategi untuk menggolkan target peningkatan produksi komoditas strategis sebesar 7 persen per tahun, Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor atau Gratieks, Penyerapan KUR Hortikultura Rp 6,3 Trilyun, Kawasan Pertanian Utama, Kostra Tani hingga Horticulture War Room,” ujarnya saat mendampingi Mentan.
Prihasto menjelaskan, GEDOR Horti berfokus pada upaya peningkatan mutu dan produktivitas produk hortikultura melalui penerapan sistem jaminan mutu yang dibuktikan dengan sertifikasi GAP, GHP, Registrasi Lahan/Kebun. Terpenting juga, penerapan teknologi budidaya dan pasca panen untuk mengefisienkan biaya operasional usaha tani hortikultura.
“Upaya mendorong kinerja ekspor, kami lakukan berbagai strategi, baik di lini on-farm hingga off-farm. Sebagai contoh untuk komoditas nanas, kami mendorong adanya tarikan pasar ekspor dari negara-negara potensial seperti China, Eropa, Timur Tengah dan Turki. Nantinya akan ada klaster buah-buahan dan ini sedang kami konsepkan. Durian ada 1.800 hektare, manggis ada 1.500 hektare, termasuk buah – buahan lainnya,” beber Prihasto.
Dalam kesempatan itu, Anton juga menambahkan kalau ekspor hortikultura Indonesia pada tahun 2019 mencapai Rp. 5,79 T. Dan untuk target 2020, sudah diidentifikasi by name by address by volume by time mencapai Rp. 6,87Â T. “Naik 18,7% dibanding tahun 2019,” jelas dia.
Dia menambahkan Menteri SYL dalam memintanya agar mendorong ekspor hingga Rp. 10 T di tahun 2020. Potensi cukup besar, namun perlu penguatan dalam aspek diplomasi dan perdagangan internasional
Sebagai contoh nenas Indonesia potensi ekspornya bisa mencapai Rp. 12,7 T.
“Asalkan protokol ekspor dan tarif yang diterapkan beberapa negara dapat diterima dan dapat diturunkan,” cetus dia.
Anton mengatakan kalau kerja keras semua pihak diperlukan untuk menggebrak ekspor hortikultura.
“Pak Menteri memberi istilah PAKSAKAN. Perlu Planning, Attention, Knowledge, Skill and Action, serta Komitmen Atas Negeri. Ini menjadi pemacu kita untuk bekerja, bergerak demi kemajuan bangsa dan negara,” pungkasnya.
Turut hadir dalam kesempatan itu seluruh Kepala Dinas Pertanian se-Indonesia, serta satuan-satuan kerja terkait. Usai sambutan, Mentan Syahrul bersama Dirjen Prihasto membunyikan gong tanda diresmikannya rapat sinkronisasi program ini.