Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebutkan bahwa sektor pertanian dan pangan harus semakin antisipatif pada tahun 2023. Pada masa tersebut dinilai akan semakin mengalami gejolak karena dampak perubahan iklim, turbulensi ekonomi global, hingga situasi politik nasional. Hadirnya kaum milenial diharapkan menjadi tongkat estafet pembangunan pertanian untuk semakin kuat dalam menghadapi tantangan pembangunan pertanian ke depan.
Terlebih, sebagaimana disampaikan oleh Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto bahwa inflasi kerap hadir di antaranya berawal dari melonjaknya harga komoditas hortikultura strategis antara lain cabai. Melonjaknya harga cabai terjadi khususnya pada saat hari-hari besar sementara ketersediaan stok berkurang karena faktor iklim dan atau menurunnya luas panen karena serangan organisme pengganggu tanaman cabai.
“Jadi di sini ada agropreneur milenial yang tengah mengembangkan cabai katokkon varietas lokal dari Toraja hingga 28 ha di kawasan Pacet_Cipanas, Ciapus_Bogor dan Sukabumi. Cabai ini memiliki kekhasan rasa yang sangat pedas dibandingkan dengan cabai rawit biasa dan harganya relatif stabil. Ini patut dijadikan contoh betapa kaum muda sekarang sudah banyak yang terjun ke pertanian dan tentunya memiliki omzet yang luar biasa,” ujar Retno Sri Hartati Mulyandari, dalam kunjungannya ke lahan cabai katokkon di daerah Pacet – Cianjur, Jawa Barat (10/9).
Saat ini sebagian besar masyarakat Indonesia belum banyak mengenal cabai katokkon. Jenis cabai asal Tana Toraja ini memiliki aroma yang harum mewangi serta tingkat kepedasan yang tinggi, sehingga menjadi bahan pangan favorit masyarakat setempat terutama bagi para penggemar rasa pedas.
Dalam Dies Natalis ke 66 Universitas Hasanuddin pada 10/9/2022, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo bangga mengenalkan kedua petani muda ini kepada para tamu undangan.
“Kami sampaikan di sini bahwa cabai katokkon dapat menghasilkan 30 ton cabai per hektarnya. Harganya cukup stabil, di mana kami mematok harga Rp 50 ribu per kg. Cabai ini mampu panen hingga 26 kali petik, sehingga kami memiliki omzet kotor Rp 1,5 miliar atau bersihnya kurang lebih Rp 800 juta,” ujar Direktur Utama PT Arsy, Canesia Aisah.
Ais, panggilan akrabnya, menyebutkan bahwa populasi tanaman cabai kattokan per ha bisa mencapai 30 ribu tanaman. Tidak mengherankan jika tata kelolanya optimal mampu berproduksi hingga 30 ton/ha. Selain itu cabai ini diminati oleh horeka tidak hanya karena pedasnya saja, namun juga bentuk dan harganya yang stabil.
“Saat ini, dengan penghasilan per bulan kira-kira Rp 150 juta, kami bisa menggaji 50 pegawai,” ucap Ratna Kartika Putri, rekan Ais yang juga milenial ini dengan bangga.