Berbicara tentang Bali, pikiran akan terlintas pada keindahan Pantai Kuta dan objek wisata seperti Tanah Lot di Kabupaten Tabanan. Kabupaten Tabanan sendiri merupakan salah satu sentra utama hortikultura. Data statistik Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan 2019 menyebutkan, eksisting luas lahan yang tersedia mencapai 83.933 hektare, terdiri dari lahan sawah 20.256 hektare, lahan bukan sawah 48.655 hektare dan lahan bukan pertanian 15.022 hektare. Lahan bukan sawah dimanfaatkan masyarakat untuk menanam komoditas hortikultura strategis seperti aneka cabai. Potensi pengembangan kawasan cabai besar mencapai 400 hektare per tahun dan untuk cabai rawit mencapai 1.200 hektare per tahun. Besarnya potensi pertanian yang ada di Tabanan perlu segera mendapat perhatian pemerintah, terutama dalam mendorong program Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks) yang dicanangkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan, I Nyoman Budana mengatakan saat ini Kabupaten Tabanan masih tetap diandalkan sebagai lumbung pangan untuk Propinsi Bali. Kabupaten ini dapat memasok berbagai jenis kebutuhan komoditas hortikultura untuk pasar lokal seperti sayuran daun, aneka cabai dan bawang merah. Pengembangan budidaya dilakukan dengan tetap mempertahankan lahan pertanian produktif. Lahan yang tersedia tidak diperjualbelkan untuk dijadikan perumahan atau pertokoan.
“Dengan adanya Peraturan Gubernur yang mengharuskan hotel dan restoran membeli produk hasil pertanian, mendorong petani untuk terus mengembangkan komoditas sayuran dengan mutu yang baik. Budidaya sayuran dilakukan secara ramah lingkungan dengan memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan Hortikultura di Kabupaten Tabanan,” tambah Nyoman beberapa waktu lalu.
Di sisi lain, diakui tidak mudah menarik perhatian kaum milenial untuk terjun ke sub sektor hortikutura. Pemerintah berupaya memberikan stimulus bantuan sarana produksi dan pasca panen untuk merangsang minat kaum milenial masuk ke dalam subsektor hortikultura di Kabupaten Tabanan. Menyadari hal tersebut, Kementerian Pertanian menyalurkan bantuan APBN Tahun 2020 kepada para petani milenial yang ada Kabupaten Tabanan.
Bantuan yang diberikan terdiri dari sepeda motor roda tiga, keranjang panen, ember dan terpal. Termasuk di dalamnya sarana pengolahan seperti alat perajang bawang, alat penggoreng bawang, alat vaccum drying bawang merah, bantuan pengembangan kawasan cabai besar 15 hektare, kawasan cabai rawit 15 hektare dan kawasan jahe sebanyak untuk 2 hektare.
Bantuan pengembangan kawasan untuk sarana budidaya cabai dialokasikan untuk sembilan kelompok tani di Kecamatan Penebel dan Baturiti. Bantuan sarana yang diberikan antara lain berupa bantuan benih dan sarana pengendalian OPT likat kuning. Untuk benih jahe dialokasikan ke satu kelompok tani di Kecamatan Penebel. Bantuan yang diberikan oleh pemerintah ini diharapkan dapat memperkuat modal petani sehingga petani hortikultura khususnya dapat semakin mandiri.
Saat menyerahkan bantuan, Komisi IV DPR RI I Made Urip menjelaskan bahwa beberapa kendala yang dihadapi sektor pertanian saat ini adalah regenerasi kaum tani, pemasaran dan pasca panen produk hortikultura. Pemberian stimulus bantuan sarana produksi dan pasca panen untuk merangsang minat kaum milenial melirik sub sektor hortikultura.
“Di samping itu berikan tantangan kepada kaum milenial untuk mengembangkan produk-produk hortikultura yang inovatif dan baru. Saya berharap petani milenial dapat mengembangkan model usaha yang mampu menciptakan peluang pasar bekerja sama dengan hotel dan restoran. Produksi sayuran dan buah yang bermutu dan ramah lingkungan serta menjaga kelangsungan lahan pertanian produktif di Kabupaten Tabanan. Di samping itu berdayakan keluarga dengan industri olahan tingkat rumah tangga,” paparnya.
Bersamaan, Kasubdit Tanaman Sayuran Daun dan Jamur, Indra Husni menyampaikan bahwa dengan adanya fasilitasi bantuan diharapkan dapat meningkatkan produksi, produktivitas, daya saing dan nilai tambah produk hortikultura khususnya komoditas bawang merah. Komoditas pertanian khususnya hortikultura terbukti mampu bertahan sebagai penopang pendapatan petani di saat pandemi Covid – 19.
“Komoditas hortikultura mampu berkontribusi dalam menggerakkan perekonomian masyarakat. Di samping itu komoditas hortikultura berpeluang besar untuk memberikan keuntungan kepada petani dengan harga jual yang relatif baik seperti aneka cabai, bawang merah dan sayuran daun. Dengan demikian butuh sinergisme dan dukungan dari berbagai pihak dalam pengembangannya,” ujar Indra.
Anggota Kelompok Tani Subak Bengkel Desa Bengkel, Pande Putu Widya Paramarta asal Kecamatan Kediri, mengatakan bantuan pasca panen dan pengolahan bawang merah yang diterima dapat memberikan motivasi untuk berbudidaya aneka komoditas hortikultura. Di samping itu dengan bantuan sarana pasca panen dan pengolahan untuk bawang merah mampu memberikan nilai tambah dengan membuat bawang goreng. Produk industri rumah tangga ini mampu menjadi sumber pendapatan bagi keluarga. Model usaha yang terintegrasi seperti ini diharapkan mampu menarik kaum milenial untuk terjun mengembangkan hortikultura ke depan.
“Selain itu dengan adanya fasilitasi bantuan ini tumbuh jiwa enterpreneur pertanian yang tangguh. Selain itu terbentuk integrasi budidaya dan pengolahan komoditas hortikultura dari hulu sampai ke hilir dan mendorong kemandirian petani, khususnya petani bawang merah di Subak Bengkel,” ujar Pande yang juga petani milenial ini.