Jakarta (5/1) – Kementerian Pertanian memiliki instrumen untukmemprediksi ketersediaan dan harga selama tiga bulan ke depan yang dikenal dengan _Early Warning System_ atau disingkat EWS. Sistem tersebut mampu menjadi alat peringatan dini atas kejadian yang dapat terjadi beberapa bulan ke depan khususnya cabai dan bawang merah. EWS ini diperlukan sebagai dasar kebijakan pemerintah untuk mengambil langkah-langkah antisipasi dan juga mitigasi resiko.
Hal ini kembali ditegaskan oleh Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto saat dikonfirmasi mengenai antisipasi pemerintah menjaga stock cabai dan bawang merah di tengah musim hujan ini.
“EWS ini diakui telah bekerja sangat baik terutama menjelang Nataru (Natal dan Tahun Baru) lalu di mana _stock_ bawang merah nasional bulan November-Desember diprediksi turun serta harga cenderung naik. Kita (Kementan-red) sudah mengetahuinya sejak September lalu,” ujar Anton.
Anton menambahkan, pemerintah telah mewaspadai kecenderungan ini sehingga tindakan preventif seperti pertambahan luas tanam di sentra utama terus dilakukan.
“Hasilnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Nataru tanpa gejolak harga yang berarti,” ungkapnya senang.
Memasuki musim penghujan yang mundur di awal tahun 2020, peemerintah pun kembali memantau EWS cabai dan bawang merah periode Januari sampai Maret untuk pemenuhan kebutuhan non substitusi 267 juta penduduk Indonesia.
*EWS Bawang Merah Januari-Maret 2020*
Berdasarkan data EWS diketahui Kebutuhan nasional Januari-Maret 2020 diperkirakan mencapai 338.542 ton. Sedangkan produksi bawang merah diperkirakan mencapai 350.967 ton.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Sukarman, yang dihubungi di kediamannya menerangkan, jika ditambah dengan _stock_ akhir Desember 2019 dalam bentuk konde kering panen sebesar 170.669 ton, maka neraca kumulatif ketersediaan bawang merah nasional yaitu 206.777 Ton (Januari), 206.375 Ton (Februari) dan 183.094 Ton (Maret).
“Ketersediaan bawang merah Nasional dipastikan surplus dan aman,” jelas Karman, panggilan akrabnya. Dirinya menyebutkan bawang merah nasional ditopang tiga provinsi utama yaitu Sumatera Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan serta di dukung ketersediaan dari Jawa Barat dan NTB.
Karman juga menyebutkan untuk memenuhi kebutuhan bawang merah masyarakat Jabodetabek yang mencapai 28 juta orang dengan total konsumsi Januari-Maret 2020 sebesar 41.351 Ton dapat dipenuhi dari 16 sentra utama dengan total produksi 223.711 Ton.
“Sentra pemasok yang dimaksud antara lain Bandung,Garut, Cirebon, Majalengka, Grobogan, Pati, Demak, Temanggung, Brebes, Kulonprogo, Malang, Probolinggo, Nganjuk, Pamekasan, Lombok Timur dan Bima”, rincinya.
*EWS Aneka Cabai Januari-Maret 2020*
Kebutuhan konsumsi nasional untuk cabai besar mencapai 254.670 ton dan produksi sebesar 281.712 ton atau surplus sebesar 27.042 ton. Cabai Rawit 238.189 ton, produksi diperkirakan mencapai 258.969 ton atau surplus 20.780. Surplus bulan Januari untuk aneka cabai hanya berkisar 2- 3 ribu ton sehingga dimungkinkan adanya penurunan pasokan.
*Prediksi Harga*
Dihubungi terpisah, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Yasid Taufik mengungkapkan untuk harga bawang merah di bulan Januari masih cenderung fluktuatif.
“Para pedagang rata-rata masih _wait and see_ dengan kondisi curah hujan tinggi yang berpotensi mempengaruhi panen dan distribusi. Namun, panen raya di Demak, Grobogan, sebagian Brebes dan Garut pada awal Januari bisa menahan kenaikan harga bahkan diperkirakan mampu menekan harga turun” terang Yasid.
Laporan dari Grobogan dan Demak, tambah Yasid, harga bawang merah di tingkat petani saat ini hanya berkisar diantara Rp 10 – 12 ribu. Sedangkan harga di PIKJ hari tanggal 5 Januari 2020 berada di angka Rp 20 ribu.
Hal ini cukup berbeda untuk aneka cabai. Sebagai komoditas yang tidak dapat disimpan untuk jangka waktu lama ini sangat rentan jika terjadi keterlambatan pengiriman. Yasid menyampaikan adanya kekuatiran supplier saat pengiriman dan pendistribusian barang ke Jabodetabek akan terhambat _impact_ dari banjir besar yang melanda Jabodetabek beberapa waktu lalu.
“Beberapa armada pengiriman serta truk angkut memilih untuk libur. Bahkan sempat akses ke Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) berhenti total menunggu air surut hingga tertunda 6 – 7 jam,” tambahnya.
Sering dengan pulihnya kondisi Jabodetabek serta akses jalan yang kembali lancar, maka stok cabai diperkirakan akan kembali normal sedia kala.
“Masyarakat tidak perlu kuatir karena EWS memprediksi stock dan harga cabai dan bawang merah tetap akan terkendali meskipun curah hujan cukup tinggi di bulan Januari sampai Februari ke depan” tutup Yasid.