Wortel merupakan sayuran khas dataran tinggi yang kaya kandungan vitamin A dan bermanfaat bagi kesehatan mata. Kabupaten Karo, Sumatera Utara, merupakan salah satu sentra penghasil tanaman wortel kualitas terbaik di Indonesia.
Alhasil, wortel yang diproduksi petani Kabupaten Karo merupakan salah satu produk berkualitas dan sehat. Tak heran, telah dijual di berbagai daerah di Indonesia bahkan menjadi produk unggulan di Singapura, Malaysia dan negara tetangga lainnya.
Berangkat dari ini, Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya meningkatkan kualitas, perluasan pasar dan pendapatan petani dengan penggunaan benih unggul dan sarana pertanian modern. Bertujuan juga untuk meningkatkan ekspor sekaligus mengurangi bahkan menghentikan impor.
“Pelaku usaha bersama petani Berastagi saat ini tengah menanam benih wortel berproduksi tinggi. Kami hari ini melihat hasil uji coba benih wortel unggul produksinya 40 sampai 60 ton per hektar,” demikian kata Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Suwandi pada kegiatan uji coba wortel unggul di Berastagi, Karo, Kamis (17/1).
Suwandi menjelaskan produktivitas benih unggul tersebut memang sangat tinggi dan kualitasnya pun bagus. Sebab jika dibandingkan dengan wortel Varietas Gundaling dan varietas lokal lainnya, produksinya hanya 30 sampai 40 ton per hektar.
“Potensi pasar wortel sangat besar, baik dalam dan luar negeri. Dulu kita impor wortel sekitar 43 ribu ton pertahun, dari China 40 ton per minggu, juga dari Australia dan dari negara lainya,” jelasnya.
Kendati demikian, Suwandi menegaskan dahulu neraca perdangan wortel defisit, tapi di tahun 2018 justru dibalikkan menjadi surplus. Berdasarkan data BPS, Januari-November 2018 ekspor wortel sebesar 17 ton, sementara impor hanya 3 ton. Dengan demikian terjadi surplus perdagangan wortel.
“Dan patut kita banggakan, bahwa ekspor Januari-November 2018 naik 630% dibandingkan dari Januari-November 2017,” tegasnya.
Oleh karena itu, Suwandi optimis seiring dengan program peningkatan produksi dan mutu, diharapkan ekspor ke depan akan melonjak. Apalagi dengan pengembangan wortel benih jenis unggul kualitas ekspor, sehingga bisa diekspor ke China, Asia dan Timur Tengah.
“Selama ini petani hanya menanam wortel varietas lokal. Jadi, apabila pertanaman diperluas akan meningkatkan ekspor dan pendapatan petani,” ujarnya.
Adapun biaya wortel Break Event Point (BEP) Rp 1.000 sampai Rp 1.200 per kg. Sedangkan harga jual di petani Rp 3.000 per kg dan produktivitas bersih mencapai 10 ton per hektar.
“Kalau gross sekitar 25-30 ton perhektar dan sisanya reject dijual lokal,” tukas Suwandi.
Mandala, petani Berastagi mengatakan dengan lahan 15 ha yang ditanami wortel, pendapatanya Rp 50 juta per bulan.
“Menanam wortel sangat menjanjikan, ya pendapatan sekitar Rp 50 juta perbulan,” katanya.
Sementara itu Armis pemilik PT Pandiafarm di Berastagi mengatakan pasokan wortel sangat lancar. Karenya perusahaan sudah rutin memasok 100 ton per hari keluar daerah yakni Jawa hingga Papua.
“Setiap hari sebanyak 100 ton rutin kami pasok ke Jakarta, Surabaya, Bali sampai Manokwari, Papua Barat,” ujarnya.
Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Karo, luas panen wortel seluas 1.024 ha. Daerah penghasil wortel di Kabupaten Karo meliputi Kecamatan Simpang Empat, Naman Teran, Berastagi, Merdeka, Kabanjahe, Tiga Panah, Dolat Rayat, Merek dan Barus Jahe.