Rilis Kementan, 30 September 2019
Nomor : 908/R-KEMENTAN/09/2019
Dalam rangka mendukung percepatan pengentasan kemiskinan, Kementerian Pertanian meluncurkan program unik bertajuk Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera atau dikenal dengan akronim Bekerja. Program tersebut menyasar rumah tangga miskin di wilayah perdesaan yang rata-rata bermatapencaharian pokok sebagai petani. Caranya dengan memberikan paket kegiatan produktif berbasis pertanian yang dapat menambah penghasilan.
Tak tanggung-tanggung, tahun 2019 ini Kementerian Pertanian mengalokasikan kegiatan ini di 23 provinsi, 154 kabupaten, 386 kecamatan dan 4.068 desa. Program tersebut menjangkau sasaran 209.127 rumah tangga miskin pertanian yang basis datanya bersumber dari Kementerian Sosial.
Tidak hanya RTMP, penerima manfaat dari program yang diluncurkan sejak 2018 ini adalah Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) terutama yang berlokasi di desa _stunting_ atau daerah rentan rawa pangan. Dengan adanya program ini, pemerintah berharap para Kelompok Wanita Tani (KWT) yang tergabung dalam kelompok KRPL mampu memenuhi pangan dan gizi keluarga, sekaligus meningkatkan pendapatan keluarga.
Direktur Buah dan Florikultura Ditjen Hortikultura, Liferdi Lukman, di sela-sela kegiatan Bimbingan Teknis Program Bekerja Subsektor Hortikultura di Aula Dinas Pertanian Lombok Barat NTB (27/9), mengatakan upaya percepatan pengentasan kemiskinan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebijakan strategis Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
“Konsepnya sederhana tapi mengena. Setiap rumah tangga miskin pertanian atau RTMP diberikan paket kegiatan produktif berbasis pertanian. Hasilnya diharapkan mampu mendapat penghasilan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Bentuknya berupa paket budidaya sayuran, paket ayam ternak dan paket budidaya buah tahunan seperti durian, bahkan tanaman perkebunan seperti kakao, kopi dan lada. Tentunya ada paket pembinaan dan bimbingan teknis yang intensif,” ujar Liferdi di depan puluhan anggota KWT setempat.
Dalam jangka waktu 1-2 bulan, kata Liferdi, tiap RTMP diharapkan bisa panen sayuran daun seperti kangkung, bayam, sawi, kacang panjang, paria atau jagung manis. Jangka menengah mereka bisa mendapat penghasilan dari telor ayam. Jangka panjang, berkembang klaster durian yang hasilnya bisa dinikmati RTMP.
“Tentu yang lebih penting lagi, kita berharap ada perubahan mindset positif dan tumbuh mental bangkit keluar dari kemiskinan. Bimbingan teknis yang kami berikan selain memberi bekal teknis budidaya sayur dan buah yang baik, juga memberikan motivasi positif kepada RTMP,” tambahnya.
Menurut Liferdi, khusus Program Bekerja Hortikultura tahun ini dialokasikan di 11 provinsi dan 14 kabupaten termasuk Lombok Barat. Sasaran penerima manfaat program tersebut mencapai 54.373 RTMP dan 55 kelompok KRPL dengan total anggaran Rp. 16,86 miliar.
“Dalam satu desa atau kecamatan dikembangkan satu varietas durian. Istilahnya _One Village One Variety_. Meskipun lahan yang dimiliki RTMP relatif sempit, kalau ditanami secara serentak dan dikelola secara terpadu akan membentuk satu kawasan sayuran atau kawasan durian yang luas. Ini yang kami sebut filosofi sapu lidi,” imbuh Liferdi.
Kepala Dinas Pertanian Lombok Barat, Muhur Zokhri, menyambut baik program Bekerja di daerahnya. Menurut Zokhri, Lombok Barat sangat potensial untuk dikembangkan aneka komoditas hortikultura.
“Andalan hortikultura kami adalah _Kang Madura_, singkatan dari kangkung, manggis, durian dan rambutan. Untuk manggis, kami sudah ekspor dari Narmada. Rencana akan ada investor yang mengembangkan 5.000 hektare di Lombok Barat untuk diekspor ke China melalui pelabuhan Lembar Lombok,” ungkap Zokhri.
Selain manggis, lanjut Zokhri, potensi sayuran Lombok Barat juga sudah mencapai manca negara. Kangkung khas Lombok sudah diekspor ke Singapura dan Arab Saudi. “Kalau durian, kami punya puluhan jenis durian lokal. Salah satunya jenis _blueband_ yang pernah menjuarai kontes nasional durian,” tambah Zokhri antusias.
Peneliti BPTP Sulawesi Tenggara, Alwi Mustaha, saat menyampaikan materi Bimtek menyebut Lombok Barat sangat cocok untuk pengembangan aneka sayur dan buah-buahan.
“Tipologi kawasan di NTB sesuai untuk perkebunan durian Boutique, yaitu dalam satu kawasan terdiri dari beragam varietas. Durian Gundul dan Tong Madaye bisa dikembangkan sebagai varietas unggul lokal, walau tidak menutup kemungkinan jenis durian introduksi. Kalau program Bekerja ini sukses dijalankan, bisa menjadi _role model_ pengembangan kawasan berbasis komunitas,” terang Alwi.