Blora — Dirjen Hortikultura Spudnik Sujono melakukan Panen Raya Padi bersama jajaran Eselon II di Desa Tanjung Kec. Kedungtuban pada Jumat (19/1) lalu. Penanggung jawab Upsus Jawa Tengah ini melakukan panen raya dengan luas 227 ha milik Kelopok Tani Tambah Mulyo. Panen ini disaksikan Bupati Blora Djoko Nugroho, Dandim Blora Letkol Inf Ryzadly Syahrazzy Themba beserta Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Blora Reni Miharti.
Dirjen Hortikultura menyampaikan secara nasional di bulan Januari ini akan ada panen seluas 854 ribu hektare dengan produksi 4,2 juta gabah kering giling (GKG) setara dengan 2,7 juta ton beras. Pada bulan Februari direncanakan akan melakukan panen 1,6 juta hektare dengan produktivitasnya 8,6 ton GKG. Ini setara dengan 5,4 juta ton beras varietas Ciherang. Surplus beras dijual ke Jawa Timur dan beberapa daerah Jawa Tengah.
Di Blora sendiri total luas lahan tanam mencapai 110 ribu hektare pada 2017 atau meningkat 10,84 persen dibanding 2016. Target total pertanaman tahun 2018 dipastikan akan mencapai 110 ribu hektare.
Kesuksesan Blora dalam menargetkan produksi beras tidak terlepas dari dukungan Bupati dalam memajukan pertanian di daerahnya. Dirjen juga memberikan applause atas perhatian Bupati Blora dalam menjaga konsistensi produk pertanian di daerahnya.
“Saya sudah muter se-Jawa Tengah. Bersyukur punya Bupati seperti Pak Joko. Gonjang – ganjing di Jakarta tidak berlaku di Blora. Biarkan saja itu urusan Jakarta. Politis itu”, ucap Dirjen saat memberikan sambutan usai peresmian panen perdana.
Dirjen Hortikultura Spudnik Sujono memastikan bahwa jajarannya sama sekali tidak pernah merekayasa angka produksi pertanian. Selama ini proses perhitungan dilakukan mulai dari skala desa dan melibatkan Babinsa.
Mengenai gonjang – ganjing harga, Dirjen menegaskan bahwa tidak masalah baginya apabila kenaikan harga dinikmati oleh petani.
“Kalau petani menikmati saya tidak masalah. Alahamdulillah. Saya keberatan kalau kenaikan harga itu dinikmati pedagang.”, tegasnya.
Dirjen berharap kenaikan harga ini jangan menjadi alasan masuknya beras impor. Dirjen juga menghimbau agar impor tidak dilakukan ketika bulan Februari .
“Kita khawatirkan impor masuk ketika panen. Jangan impor ketika Februari. Jangan sampai impor masuk, harga anjlok. Saya mau menyampaikan kita panen”, tambahnya.
Kabupaten Blora selama ini selalu mencapai target. Ini diakui dikarenakan kerja sama yang baik antara petani dan penyuluh.
Dirjen juga menyampaikan bahwa selain Penanggung Jawab Upsus Pajale, beliau menegaskan bahwa dirinya juga memposisikan diri sebagai Dirjen Hortikultura. Dirjen mengajak petani untuk menanam jengkol. Menjelang hari raya permintaan dan harga atas jengkol melambung hingga angka Rp 70 ribu per kg. Untuk kebutuhan akan bibit, Dirjen mempersilakan petani mengajukan permohonan melalui Dinas Pertanian Kabupaten.
Dirjen berpesan agar dinas setempat selain berkonsentrasi meningkatkan produksi daerah, juga turut membangun infrastruktur wilayah. Ini dilakukan guna mendukung kemudahan transaksi ekonomi daerah.
Mengenai dinamika harga yang kerap terjadi, sesungguhnya Dirjen Hortikultura sering mengajukan permintaan kepastian harga kepada Kementerian Perdagangan. Termasuk halnya dengan bawang merah yang sekarang harganya turun hingga Rp 6000 – Rp 7000 per kg. Namun hingga saat ini masih menunggu pertimbangan.
Dirjen meyakinkan Blora tidak akan terkena imbas dari impor beras yang masuk karena Blora penghasil beras terbesar se – Jawa Tengah. Sejauh ini dinilai tidak ada kondisi di mana banyak orang kesulitan beras sehingga perlu mengantri. Hal terpenting adalah selama ini pemerintah (Kementerian Pertanian) sudah berusaha maksimal. (Dsy)
Pengunaan Bubur Bordo Untuk Pengendalian OPT Buah
leaflpet-bubur-bordo_watermarkDownload
Read more