Nganjuk – Menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, Kementerian Pertanian, khususnya Direktorat Jenderal Hortikultura melakukan beberapa langkah strategis untuk mempertahankan pangan dengan peningkatan kapasitas produksi untuk komoditas yang mengendalikan inflasi, seperti bawang merah, salah satunya dengan membentuk Champion Cabai dan Bawang Merah. Champion merupakan petani penggerak serta partner pemerintah dalam mendukung upaya stabilisasi pasokan dan harga nasional.
Champion bawang merah Kabupaten Nganjuk, Akat, menyatakan kesiapannya mendukung pemerintah dalam mengamankan pasokan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 1444 H.
“Kondisi pasokan bawang merah sampai bulan April aman, harga juga relatif stabil. Petani binaan kami rencana panen bawang merah sekitar 300 hektar sampai puasa,” ujar Akat yang juga Ketua Gapoktan Luru Luhur, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, Sabtu (25/2).
Akat melanjutkan, Nganjuk saat ini memiliki stok benih yang cukup banyak sehingga tidak ada permasalahan dalam hal ketersediaan benih yang dapat mempengaruhi harga. Adapun bawang merah yang ditanam di Nganjuk adalah varietas Tajuk dengan provitas mencapai 11-18 ton per hektar. Harga ditingkat petani saat ini mencapai Rp 22 ribu per kg dan harga tingkat konsumen mencapai Rp 25-26 ribu per kg.
“Bulan Maret dan April kami siapkan masing-masing 71 ton, sewaktu-waktu diminta kami siap kirim ke wilayah minus dengan selisih harga Rp 5.000 lebih rendah,” lanjut Akat.
Sebanyak 17 champion bawang merah lainnya juga siap mendukung penyediaan bawang merah untuk wilayah minus dengan total stok di bulan Maret sebanyak 892 ton dan bulan April sebanyak 844 ton.
Senada, Agus Sulis, Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk menyatakan bahwa pertanaman bawang merah hingga bulan Maret 2023 mengalami kenaikan.
“Musim tanam saat ini bergeser maju. Petani telah menyesuaikan panen untuk stok lebaran. Nganjuk sendiri siap sekitar 700 hektar hingga akhir Maret,” ungkap Agus.
Tercatat pada 2022, berdasarkan data ASEM BPS untuk produksi bawang merah di Nganjuk mencapai 193.988 ton dengan luas panen mencapai 17.345 hektar. Adapun total produksi se-Jawa Timur mencapai 478.393 ton dengan luas panen mencapai 51.607 hektar. Produksi bawang merah di Jawa Timur selain untuk memasok Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) dan wilayah Jawa, selama ini juga telah menjadi penyangga kebutuhan bawang merah di Pulau Kalimantan, Sulawesi, Papua hingga Papua Barat.
Peningkatan produksi di wilayah sentra lainnya juga diharapkan mampu mendukung stabilisasi pasokan bawang merah secara nasional. Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto turut memastikan bawang merah nasional masih aman hingga Idul Fitri 1444 H.
“Berdasarkan prognosa produksi dan neraca nasional, stok kumulatif bawang merah sampai April 2023 masih surplus. Distribusinya saja yang kita kawal dari wilayah surplus ke wilayah minus,” ujar Anton, saat ditemui di tempat terpisah.
Tercatat stok kumulatif bawang merah surplus sebanyak 48.727 ton pada bulan Maret 2023 dan surplus sebanyak 57.703 ton pada bulan April 2023. Kondisi tersebut menegaskan kesiapan pasokan komoditas strategis hortikultura khususnya bawang merah jelang HBKN.