Kabupaten Buru Selatan dengan ibu kota Namrole adalah daerah pemekaran baru Kabupaten Buru Provinsi Maluku. Berdiri sebagai kabupaten pada tahun 2009, Kabupaten Buru Selatan memiliki luas wilayah 6.800 km2. Saat ini Buru Selatan sedang menggeliat dan berbenah dengan fokus pada pengembangan sektor pertanian.
Komoditas pertanian yang banyak dikembangkan di Buru Selatan diantaranya pala, cengkeh, kelapa, kakao, kopi, padi ladang, jagung, ubi, kedelai, jahe merah, jahe gajah, bawang merah, bawang putih, cabai, dan kentang. Khusus bawang merah dan bawang putih, Buru Selatan berkomitmen mampu menjadi sentra baru penyangga pasokan bawang untuk wilayah Indonesia Timur. Selain mengisi pasar, diharapkan mampu menekan inflasi daerah.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buru Selatan, Aminuddin Bugis, saat ditemui di sela-sela panen raya bawang merah di Desa Simie Kecamatan Waisaman Sabtu, (26/1), menyebut bahwa hingga saat ini hampir seluruh kebutuhan sayuran umbi didatangkan dari luar Kabupaten Buru Selatan seperti Menado, dan Makassar. Harga di pasar tradisional untuk bawang putih mencapai Rp 50 ribu kg, bawang merah Rp 55 ribu kg, kentang Rp 30 ribu kg dan wortel Rp 5ribu per buah berukuran sedang.
“Harga biasanya makin meningkat saat perayaan hari- hari besar keagamaan. Dengan adanya pengembangan kawasan sayuran disini diharapkan bisa memangkas harga lebih murah,” ungkapnya.
Aminuddin memaparkan potensi lahan pertanian di Buru Selatan masih sangat luas, baik dataran tinggi maupun dataran rendah. Untuk dataran tinggi terletak di dua kecamatan yaitu Kecamatan Venafafan seluas 10 ribu hektare dan Kepala Madang seluas 23 ribu hektare. Dua kecamatan ini terletak di ketinggian 900 – 2.000 m dpl dengan tekstur tanah lempung berpasir. Sumber air sangat mencukupi karena kabupaten ini memiliki banyak aliran sungai yang tidak kering walau kemarau panjang.
“Komoditas yang sudah dikembangkan saat ini antara lain kentang, bawang putih, wortel dan kol. Silakan kalau ada investor mau tanam bawang putih disini, kami siap memfasilitasi. Lahan masih sangat luas,” ujarnya.
“Untuk sayuran dataran rendah kami siapkan lahan di tiga kecamatan yaitu Leksula, Waisama dan Kepala Madang dengan ketinggian 0 – 200 m dpl,” imbuh Aminuddin.
Saat dikonfirmasi, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Prihasto Setyanto mengungkapkan tahun ini Kementerian Pertanian mendorong perluasan bawang merah seluas 20 hektare melalui APBN. Dengan mempertimbangkan mahalnya ongkos dari dan ke Buru Selatan, pihaknya mendorong penggunaan benih bawang merah asal biji atau TSS (True Shallot Seeds). “Supaya nanti bawang merah asal Buru Selatan harganya bisa lebih kompetitif,” ujar Prihasto singkat.
Acara panen raya bawang merah tersebut diprakarsai oleh Gempita Korwil Maluku. Luas lahan yang dipanen baru 3 hektare, ditanam dengan menggunakan dana Desa Simie. Kegiatan ini dihadiri perwakilan Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat – Kementerian Pertanian, Sekda Kabupaten Buru Selatan, DPRD Buru Selatan, Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Camat Waisaman, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda dan kelompok tani di Kecamatan Waisaman.
Penulis : Duma Julietha
Editor : Desy