Garut – Potensi bisnis komoditas pertanian semakin melejit di tengah pandemi Covid-19. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi sektor pertanian tetap tumbuh 2,5 persen secara year on year pada kuartal ke IV 2020.
Di bawah komando Mentan Syahrul Yasin Limpo (SYL), Kementan kini memiliki program super prioritas, yaitu Food Estate dan beberapa subprogram, di antaranya Kampung Hortikultura dan peningkatan tiga kali lipat ekspor (Gratieks). Khusus komoditas hortikultura, Kementan akan mengembangkan tanaman herbal jahe yang dinilai memiliki potensi bisnis cukup besar.
Saat dikonfirmasi, Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto tak menampik jika sejauh ini permintaan jahe dalam negeri meningkat akhir-akhir ini.
“Saat ini, kami memang sedang berfokus mencukupi kebutuhan industri olahan herbal. Ke depannya, kami upayakan untuk memenuhi permintaan ekspor yang lebih besar karena tak bisa dipungkiri juga kalau beberapa daerah justru sudah mengekspor tanaman obat, seperti jahe,” ungkap Prihasto (2/6).
Jahe termasuk komoditas hortikultura bernilai ekonomi cukup tinggi dan memiliki banyak manfaat. Peluang ekspor tanaman obat ini terbuka luas. Beberapa negara seperti Bangladesh, Pakistan, Belanda dan Brunei Darussalam, memesan khusus jahe dari Garut yang kaya akan kandungan gingerols, shogaols, dan zingerones. Zat yang terkandung dalam jahe ini berfungsi sebagai antioksidan bagi tubuh, sehingga sangat disarankan untuk dikonsumsi.
Optimisme peningkatan ekspor tanaman obat tidak hanya dirasakan segelintir orang. Senada dengan Dirjen Hortikultura, Bupati Garut Rudy Gunawan turut mengapresiasi Kementan yang akan mengembangkan produksi tanaman obat dalam program kampung Hortikultura. Program ini akan memfokuskan pengembangan komoditas hortikultura dengan luas 5-10 hektar dalam satu wilayah administratif desa.
“Garut menghasilkan jahe terbaik dan merupakan eksportir jahe dan kunyit ke Pakistan dan India. Rata-rata nasional menghasilkan 20 ton per hektar, Garut bisa menghasilkan 25 ton per hektar. Saat kami mengetahui tentang program kampung hortikultura, kami akan dukung penuh dan melaksanakannya dengan baik,” jelas Rudy.
Salah satu kelompok tani di Garut yang membudidayakan tanaman jahe adalah kelompok tani Karya Mandiri di Desa Panyindangan, Kecamatan Cisompet, Kabupaten Garut. Ketua kelompok tani Karya Mandiri, Kariyaman yang ditemui di lokasi menuturkan keseriusannya dalam bertani jahe. Kariyaman juga mengungkapkan bahwa luas lahan jahe gajah yang dikelola bersama anggotanya seluas 50 hektar, dengan provitas 15 s.d 25 ton per hektar.
“Kalau yang sudah diolah kelompok itu ada sekitar 50 hektar, tapi masih tumpang sari sama pisang dan cengkeh, dan tersebar di mana-mana. Makanya, kami sangat senang dan mendukung penuh program Kementan yang akan membuat kawasan jahe,” tuturnya.
Saat ini, mekanisme ekspor jahe dilakukan melalui Sub Terminal Agrobisnis (STA) Bayongbong. Namun, sebelumnya para eksportir terlebih dulu membersihkan, menjemur, menyortir, menimbang dan mengemas produk dengan rapi agar sebelum dikirim ke luar negeri agar kualitas jahe tetap terjamin.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Tommy Nugraha juga mengakui bahwa Garut memang sangat potensial untuk pengembangan tanaman obat. Pasalnya budidaya tanaman ini sudah ada sejak jaman dulu, sehingga pengalaman bercocok tanam, mengolah hingga pasca panennya sudah sangat paham.
“Garut ini sangat cocok dengan jahe dan kunyit, SDM petaninya juga sangat mendukung, karena terbukti sudah membudidayakan tanaman obat secara mandiri dari dulu. Petani Garut itu memang ulet dan telaten,” ungkapnya.