Pakansari Bogor – Kementerian Pertanian (Kementan) mengapresiasi gelaran Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) dan Ekspo Agro Inovasi IPB 2019. Event ini secara konsisten turut mendorong dan meningkatkan daya saing komoditas hortikultura.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto yang hadir mewakili Menteri Pertanian mengatakan, FBBN & Ekspo Agro Inovasi IPB 2019 sejatinya merupakan ajang promosi dari sebuah gerakan bertajuk ‘Revolusi Oranye’. Yakni sebuah gerakan nasional dalam rangka memberikan arah pengembangan, kebijakan, dan pasar buah nusantara yang lebih revolusioner.
Prihasto yakin Revolusi Orange bisa membawa industri pertanian khususnya hortikultura nasional akan semakin maju dan berkembang.
Di antaranya mampu memenuhi kebutuhan konsumsi buah nasional secara mandiri, tidak bergantung pada impor, serta menjadikan Indonesia sebagai produsen dan eksportir terbesar buah-buahan tropis di Asia Tenggara pada tahun 2025 dan dunia pada 2045.
“Sementara misi dari gerakan Revolusi Oranye yaitu untuk memproduksi dan menyediakan produk buah nusantara yang berkualitas tinggi, memiliki nilai tambah dan kompetitif untuk pasar domestik dan internasional secara konsisten dan terus menerus,” beber dia saat memberikan sambutan di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor, Sabtu (30/11).
“Sekali lagi, saya menaruh harapan dan optimisme, visi misi revolusi oranye tersebut benar-benar bisa diwujudkan,” lanjut dia.
Prihasto mengajak semua pihak, mulai dari Gubernur, Bupati, Kepala Dinas, Camat, Kades, Lurah, akademisi, para pakar dan pengamat pertanian dimanapun berada, untuk saling bahu membahu membangun pertanian Indonesia menjadi lebih maju, mandiri dan modern.
“Persoalan pertanian menyangkut beragam dimensi yang begitu kompleks, sehingga tidak mungkin bisa diselesaikan hanya oleh Kementerian Pertanian sendiri,” tegas dia.
Dia memaparkan bahwa siapapun sepakat kalau ketersediaan dan ketahanan pangan adalah kunci pokok terwujudnya kedaulatan nasional. Mengelola pangan di era yang semakin maju ini, lanjut Prihasto, tidak mungkin lagi menggunakan cara-cara kuno atau konvensional, baik itu dalam cara berpikir, cara bertindak maupun cara kita menghayati setiap pekerjaan yang dilakukan.
“Dalam konteks tersebut, saya yakin dan percaya, teman-teman di IPB telah mampu membaca arah situasi dan konstelasi global kedepan, sekaligus telah memiliki banyak rekomendasi strategis bagaimana negara kita ini mampu eksis dan bersaing didalamnya,” ungkap dia.
Dia berharap rangkaian kegiatan yang digelar dalam festival ini bisa menjadi ajang etalase, agar pesona bunga dan buah nusantara senantiasa memancar indah.
“Baik di dalam maupun luar negeri,” cetus Prihasto.
Pengembangan Sektor Hortikultura
Dalam kesempatan itu, Prihasto juga menyinggung ihwal meningkatnya produksi komoditas hortikultura. Hal tersebut merupakan buah dari kerja keras semua pihak.
Dia berpesan agar seluruh produksi hortikultura, harus betul-betul memperhatikan aspek kualitas, kuantitas dan kontinuitas serta mampu berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan.
“Saya minta hortikultura ke depan harus lebih maju, lebih mandiri dan lebih modern,” jelas dia.
Prihasto menegaskan kalau pengembangan usaha hortikultura harus dilakukan dengan pendekatan industri terpadu hulu hingga hilir. Melalui pendekatan ini, dia berharap daya saing komoditas hortikultura terus meningkat.
“Kita akan terus dorong penerapan _Good Agricultural Practices_ (GAP) dan _Good Handling Practices_ (GHP). Caranya lewat pemberdayaan kelembagaan petani, penguatan kemitraan usaha yang saling menguntungkan, dan dikelola secara terintegrasi sehingga diharapkan mampu menghasilkan produk hortikultura yang berdaya saing,” beber alumnus Universitas Brawijaya itu.
Dalam percaturan perdagangan dunia, ekspor – impor merupakan kelaziman. Sebagai negara tropis terbesar di Asia Tenggara, Indonesia harus tampil lebih dominan dalam penyediaan bahan pangan dunia.
“Untuk itu, saya menekankan kepada segenap jajaran Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian dan seluruh pihak terkait untuk melipatgandakan capaian ekspor komoditas pertanian,” kata Prihasto.
Pemerintah, lanjut Prihasto, akan memberikan karpet merah kepada siapa saja. Termasuk pelaku usaha yang melakukan ekspor untuk meringankan beban defisit neraca perdagangan nasional.
“Terkait impor pangan, saya berpendapat itu bukanlah hal yang tabu, tapi menjadi sesuatu yang tidak kita pilih selama di dalam negeri kita masih sanggup memproduksi dan memenuhinya,” pungkasnya.
Turut hadir dalam acara tersebut Bupati Bogor, Ade Yasin dan Rektor IPB University, Arief Satria.