Blora (19/1) – Bupati Blora Joko Nugroho jelas berbangga hati manakala daerahnya berlimpah produksi beras. Program Pajale di Blora selalui menuai surplus. Budidaya kedelai juga sedang digalakkan.
Luas areal pertanaman padi di Kabupaten Blora mencapai 110 ribu hektare pada 2017 atau meningkat 10,84 persen dibanding 2016. Varietas padi yang digunakan Ciherang. Surplus beras di Blora sudah mampu dijual ke Jawa Timur dan beberapa daerah Jawa Tengah.
Mengenai gonjang – ganjing harga, dirinya meyakinkan bahwa soal harga tidak perlu dikhawatirkan selagi masih dinikmati oleh petani.
“Sesekali petani kaya gapapa. Masa’ petani miskin terus”, ujar Joko disambut tepuk tangan para petani saat memberikan sambutan di atas lahan 227 ha siap panen.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Blora Reni Miharti menyampaikan harga gabah di daerahnya mengalami peningkatan hingga mencapai Rp 5800 per kilogram.
“Panen dengan pedal threser harga GKP Rp 5500. Kalau dengan combine harvester harga net Rp 5500 sampai Rp 5800 per kilogram”, imbuhnya.
Luasan panen di Blora totalnya mencapai 57.867 hektare mulai Januari hingga Maret 2018.
“Total Januari 5.100 hektare. Puncak panen ada di Februari yaitu 28.543 hektare. Sedangkan di bulan Maret 2018 Blora akan panen seluas 16.345 hektare”, jelas Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Blora Reni Miharti.
Bupati menegaskan keseriusannya dalam menggarap potensi pertanian di daerahnya. Tidak hanya produksi beras, namun juga mengembalikan produktivitas kedelai.
“Pajale di Blora mohon jangan diragukan. Surplus semua. Kedelai juga dikembalikan ke potensi awal. Panen hari ini mengawali panen raya di Blora”, ucap Joko Nugroho.
Bupati menyampaikan bahwa Kecamatan Kedungtuban merupakan satu dari 3 kecamatan penghasil beras terbesar di Kabupaten Blora. Sementara Kabupaten Blora merupakan penghasil beras tertinggi di Jawa Tengah. Irigasi yang baik berasal dari Sungai Bengawan Solo memastikan pertanaman selalu sukses tanpa kendala.
“Blora surplus beras. Sekitar 2-3 tahun ini naik 20 persen. Tahun lalu ranking 3. Mudah-mudahan tahun ini yang terbaik. Apabila ada info di atas beras kurang, itu salah!”, tegas Bupati.
Bupati juga mengamati bahwa beras yang dijual Bulog kurang diminati. Konsumen cenderung menyukai beras lokal. Bupati juga tidak menginginkan beras impor tersebut masuk ke daerahnya
“Saya lihat operasi pasar Bulog. Beras Bulog dijual kemaren engga laku. Saya tidak mau menerima. Di sini saja sudah surplus”, tukas bupati.
Bupati juga sangat mengapresiasi bantuan Kementerian Pertanian sejauh ini. Diakuinya meski lahan sawah di Blora tidak terlalu luas, namun bantuan alsintan modern diakui sukses melipatgandakan hasil panen. Dengan adanya keputusan impor ini jelas mengecewakan para petani.(Dsy)
Pengunaan Bubur Bordo Untuk Pengendalian OPT Buah
leaflpet-bubur-bordo_watermarkDownload
Read more