Rilis Kementan, 5 Mei 2021
Nomor : 446/R-KEMENTAN/5/2021
Blitar – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo senantiasa menginstruksikan jajarannya untuk menjaga kestabilan pasokan pertanian, salah satunya komoditas cabai. Wilayah sentra penghasil harus senantiasa dikawal sepanjang segala musim. Kabupaten Blitar, sentra cabai rawit terbesar nasional sejauh ini selalu digadang mampu amankan stok cabai nasional sepanjang tahun.
Potensi luas panen cabai rawit di Blitar mencapai kurang lebih 8 ribu hektarr per tahun. Seluas 6 ribu hektare merupakan lahan tadah hujan di dataran tinggi wilayah Blitar Selatan. Luasan 2 ribu hektare sisanya terletak pada lahan dataran rendah wilayah Blitar utara. Musim tanam keduanya berbeda sehingga panennya pun tidak bersamaan.
Wilayah Blitar Selatan menjadi andalan kabupaten Blitar namun belum dapat diatur pola tanamnya. Pertanamannya serentak saat musim hujan saja. Rata-rata pada bulan Oktober-Desember dan lama masa panennya pun tergantung dengan kondisi hujan. Luasan 6 ribu hektare tersebut terbagi dalam 3 kecamatan yakni Wates, Binangung dan Panggung rejo. Produksinya mampu mencapai 250 ton per hari pada saat panen raya. Sebanyak 80 persennya disuplai ke Jabodetabek.
Sarwi Riyanto, champion cabai Indonesia yang juga sebagai Anggota DPRD Kabupaten Blitar saat ditemui di wilayahnya menyampaikan bahwa potensi pertanaman cabai rawit di Kabupaten Blitar sangatlah cukup untuk mengamankan stok nasional.
“Dengan luasan 6 ribu hektare cabai rawit di Blitar selatan ini sudah cukup untuk mengamankan stok bahkan kami berharap bisa menjadi pengendali harga cabai rawit nasional,” ujarnya.
Pria yang akrab dipanggil Awi itu juga mengatakan bahwa pihaknya dalam berbagai kesempatan selalu menyampaikan saran kepada petani atau pelaku usaha cabai rawit di daerah lain agar jangan menanam cabai dibulan Oktober-Desember untuk menghindari jatuhnya harga.
Namun demikian Sarwi masih menyayangkan karena pertanaman cabai di wilayah tersebut hanya satu kali musim yakni saat hujan. Awi sangat berharap ada dukungan dari Kementan berupa sarana pipanisasi.
Senada, Kepala Seksi Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Blitar, Hikma menyampaikan bahwa satu-satunya solusi agar wilayah Blitar Selatan bisa bertanam sepanjang musim adalah dengan sarana pipanisasi. Dibuat tampungan air model bioflog di titik lokasi yang paling tinggi untuk menampung air yang ditarik dari sungai yang masih ada airnya, kemudian air yang ditampung dalam bioflog dialirkan ke lahan-lahan cabai dengan prinsip gravitasi.
“Andai hal itu terwujud maka sekitar 1.500 hektare wilayah blitar selatan tetap bisa tanam cabai dimusim kemarau. Sehingga menambah luas panen dari wilayah blitar utara yang hanya 2 ribu hektare,” Jelas Hikma.
Dihubungi terpisah, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Tommy Nugraha juga berharap agar ada bantuan sarana pipanisasi yang dapat diberikan untuk mendukung kawasan cabai. Mengingat cabai juga sering menjadi penyumbang inflasi sehingga memang perlu adanya perhatian khusus. Salah satunya di Kabupaten Blitar yang produksinya sangat berpengaruh pada produksi secara nasional. Hanya saja Ditjen Hortikultura tidak memiliki kewenangan akan hal tersebut.
“Pengadaan sarana prasarana pertanian sudah bukan kewenangan Ditjen Hortikultura lagi, tapi kami akan tetap mengawal bila ada usulan permohonan bantuan sarana pipanisasi untuk mendukung budidaya cabai baik dari Kabupaten Blitar maupun lainnya,” tandasnya.