Rilis Kementan, 27 September 2019
Nomor : 898/R-KEMENTAN/09/2019
Menjelang berakhir musim kemarau bulan ini, para petani di lahan dataran tinggi atau berlereng biasanya giat mempersiapkan diri untuk menanam jelang musim penghujan. Salah satu komoditas yang banyak dikembangkan di dataran tinggi adalah bawang putih. Terlebih sejak akhir 2017 hingga kini, Kementerian Pertanian gencar menggiatkan penanaman bawang putih. Belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, Kementerian Pertanian menghimbau kepada para petani, pelaku usaha dan petugas dinas agar sebelum menanam bawang putih, benar-benar diperhatikan aspek pemilihan benih dan tatacara budidayanya.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, mengingatkan petani, pelaku usaha dan petugas dinas pertanian di seluruh sentra produksi agar tetap waspada dan teliti sebelum menanam benih bawang putih.
“Perhatikan betul dua hal, pemilihan benih dan cara budidaya. Ini penting karena keduanya sangat menentukan berhasil tidaknya usahatani bawang putih,” ujar Anton, sapaan akrab Prihasto. “Tentang benih, pegang dan terapkan prinsip LADORFISIO yaitu Label benih harus benar, umur benih sudah pecah Dormansi, Fisik benih sesuai varietas lokal, benih bukan berbentuk Siung pipilan, serta pastikan bukan benih Oplosan,” ungkap Anton.
Soal ukuran umbi benih yang kecil-kecil, kata Anton, bukan berarti tidak berkualitas. Selama LADORFISIO nya berjalan dengan baik, benih yang umbi atau siungnya kecil-kecil tersebut masih bisa ditanam dan menghasilkan umbi yang besar. Tapi tentu ada syaratnya. Anton yang juga dikenal sebagai peneliti ini memberi tips menghasilkan umbi yang berukuran besar.
“Lakukan kunci kedua, yaitu teknik budidaya tanaman putih yang baik dan benar. Caranya? coba simak tips-tips berikut. Pertama, upayakan ketinggian lahan berada diatas 800 mdpl. Buat bedengan-bedengan, apabila diperlukan bedengan terssbut bisa ditutup mulsa. Kedua, atur jarak tanam 15 cm x 15 cm atau 10 cm x 15 cm. Ketiga, tanam benih per 1 lubang cukup 1 siung dengan kedalaman 5 cm sd 7 cm” paparnya.
Lebih bagus lagi dipilih siung yang berukuran besar dari umbi-umbi yang berukuran kecil tadi. Makin besar siung, hasilnya akan lebih bagus. Keempat, lakukan pemupukan yang cukup, setidaknya gunakan pupuk NPK 200-400 kg/ha dan pupuk ZA 100-200 kg/ha yang aplikasinya dipecah menjadi 3 kali pemberian yaitu pada saat tanaman usia 25 sampai 30 hari setelah tumbuh, 50 sampai 60 hari setelah tumbuh, dan 70 sampai 80 hari setelah tumbuh. Jangan lupa disiram dengan air yang cukup saat pemupukan,” jelas Anton.
Untuk tips kelima, berikan pupuk kandang yang sudah matang sebanyak 5 hingga 10 ton per hektare. Anton menganjurkan untuk memakai pupuk kandang sapi, kambing atau ayam. Caranya adalah dengan mengaplikasikannya di awal pengolahan tanah. Keenam, apabila bawang putih ditanam di musim kemarau, pastikan air harus tersedia dengan baik, karena tanaman bawang putih sangat butuh air. Namun sebaliknya, apabila ditanam di musim hujan pastikan drainase lahan harus lancar, supaya benih yg tertanam tidak lekas busuk akibat tergenang. Selanjutnya tips ketujuh, lakukan pengendalian hama penyakit dengan baik terutama dijaga dari serangan jamur. Anton kembali mengingatkan agar petani tetap rajin rajin dan rutin melakukan pembersihan gulma dan merawat tanaman dengan baik sampai panen.
“Tips kedelapan sangat penting diperhatikan, nantinya kalau sudah panen, lakukan seleksi terhadap hasil panen yang berasal dari benih berukuran kecil-kecil tadi. Pilih calon benih bawang putih yang ukuran umbinya besar-besar dan padat. Bagus kalau bisa dipilih yang berukuran diameter lebih dari 5 cm. Ingat, semakin besar dan padat umbi, semakin bagus dijadikan benih untuk penanaman berikutnya,” tandasnya.
Anton meyakinkan, kalau seluruh proses dan tips tadi dilakukan dengan baik, hasilnya akan optimal. Pertanaman berikutnya akan menghasilkan bawang putih dengan rata-rata ukuran umbinya lebih besar.