*Rilis Kementan, 14 November 2020*
Nomor : 1525/R-KEMENTAN/11/2020
Bantul merupakan salah satu kabupaten penyangga pangan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan segala potensi alamnya. Potensi agriklimatnya mendukung untuk penanaman komoditas bawang merah. Apabila budidaya bawang merah umumnya dilakukan di atas tanah, lahan berpasir di Yogyakarta seperti Kabupaten Bantul dan Kab. Kulonprogo cocok untuk ditanami bawang merah. Adapun kecamatan Kretek dan Sanden, menjadi kecamatan yang banyak dilakukan budidaya bawang merah.
Varietas bawang merah yang umumnya dikembangkan dan banyak diminati oleh petani yakni varietas crok kuning dan tajuk. Varietas crok kuning sendiri merupakan varietas lokal Bantul dengan daya adaptasi yang cukup baik pada dataran rendah. Varietas ini mempunyai produktifitas tinggi dan umbi berukuran besar. Sementara varietas tajuk merupakan varietas yang dapat beradaptasi dengan baik pada musim kemarau, memiliki aroma yang cukup kuat dengan bentuk umbi yang bulat.
Salah satu kelompok tani yang menanam varietas crok kuning dan tajuk adalah Kelompok Tani Ngudi Makmur yang beralamat di Dusun Samiran, Kretek, Bantul. Beranggotakan kurang lebih 90 orang secara konsisten melakukan pertemuan dan pendampingan kepada anggotanya.
“Produksi benih bawang merah di yang diusahakan kelompok tani ini yakni varietas tajuk dan crok kuning. Dua varietas tersebut yang paling banyak diminati oleh petani karena produktifitasnya tinggi,” ujar Ketua Kelompok Tani Ngudi Makmur, Sujito saat ditemui, Jumat (13/11).
Dalam setahun, tambah Sujito, terdapat dua kali musim tanam bawang merah. Pada musim tanam 1 (MT 1) menghasilkan panen umbi basah sebanyak 12- 14 ton untuk varietas crok kuning dan tajuk. Sedangkan di musim kemarau menghasilkan panen sebanyak 20 -22 ton umbi basah. Saat ini harga benih bawang merah di Kabupaten Bantul berada pada kisaran Rp 40 – 45 ribu per kg, dengan posisi benih siap tanam (patah dorman).
“Walaupun varietas crok kuning dan tajuk banyak digemari oleh petani, petani terkadang masih kesulitan mendapatkan benihnya dikarenakan penanaman bawang merah tidak bisa off-season. Benih harus di datangkan dari luar daerah seperti Nganjuk (untuk varietas Tajuk). Harapannya ke depan, petani mengembangkan sendiri benihnya untuk dapat disisakan sebagai bahan tanam di musim tanam selanjutnya,” ujar pembina Kelompok Tani Ngudi Makmur, Kadiso.
Direktur Perbenihan Hortikultura, Sukarman saat ditemui terpisah mengungkapkan, “Kita akan terus mendorong pertumbuhan produsen benih hortikultura di berbagai wilayah di Indonesia. Di antaranya melakukan pembinaan petani produsen benih yang dilakukan secara kontinu, bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan BPSB setempat. Dengan demikian diharapkan tumbuhnya produsen-produsen benih baru yang dapat menopang kebutuhan benih di wilayah setempat.”
Dalam keterangan tertulis, Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto mengatakan Kementan akan terus mendorong kegiatan pengembangan bawang merah di berbagai wilayah untuk menjaga stabilitas pasokan.
“Tentunya kami tetap mengawal pasokan agar aman sepanjang tahun. Adapun untuk sisi perbenihan kita dorong terus untuk menggunakan benih unggul. Kami juga kenalkan dengan penggunaan benih bawang merah dari biji botani (TSS),” pungkasnya.