Jawa Tengah – Direktorat Jenderal Hortikultura menargetkan hingga akhir 2023 tercapai penumbuhan 679 UMKM hortikultura. Hal ini diwujudkan dengan dukungan penyediaan bangsal pasca panen berikut pembinaan terhadap petani dan pelaku usaha. Bantuan ini diakui petani sangat memberikan nilai tambah usaha tani.
“Ditjen Hortikultura berkomitmen untuk mendorong UMKM hortikultura. Kami melakukan pembinaan dan memberikan fasilitas bangsal pasca panen agar semakin termotivasi dan membuktikan bahwa olahan hortikultura mampu bersaing di pasar domestik,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto dalam pesan tertulis, Jumat (8/12/2023).
KWT Wanita Mandiri adalah salah satu penerima bantuan bangsal pasca panen Ditjen Hortikultura tahun 2022. KWT yang beralamat di Desa Sumberejo Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara ini berdiri 2014. Bergerak di usaha olahan utama keripik kentang dengan merk dagang Dhuman.
“Dhuman ini singkatan Dari Hasil Usaha Mandiri terdiri dari keripik kentang, carica, keripik talas, keriping singkong, keripik jamur dan masih banyak lagi. Alhamdulillah produk-produk yang kami pasarkan, penghasilannya sudah lumayan bagus. Kami mengucapkan terima kasih kepada Kementan yang sudah memfasilitasi bangsal dan alat pasca panen. Alhamdulillah dengan bantuan yang diberikan sudah banyak manfaatnya dan mendapatkan hasil memuaskan,” ujar Ketua KWT Wanita Mandiri Desa, Rina Setyawati.
Rina menyebutkan, dari masing-masing komoditas, penghasilan dari keripik kentang Rp 2 juta, carica sekitar Rp 4 juta per bulannya.
“Sementara untuk keripik lainnya juga masing-masing memiliki pendapatan Rp 2 juta per bulannya. Jadi bisa diperkirakan berapa total pendapatan per bulannya,” terang Rina.
Penerima bantuan bangsal pasca panen lainnya, Kelompok Tani Rembulan adalah penerima bantuan tahun 2021. Berlokasi di Desa Sumberejo, Kecamatan Batur, kelompok tani ini bergerak pada komoditas sayuran segar dan olahan. Jenis olahannya adalah keripik kentang varietas agria dengan merk dagang Nova.
“Kami memang memililih varietas agria ketombang granola karena menurut kami varietas ini jauh lebih baik. Karena agria lebih cepat panen yakni 110 hari dan ukurannya besar-besar. Kami berproduksi hampir setiap harinya mulai dari 50 kg hingga 2 kuintal tergantung pasokan. Untuk 50 kg itu kami bisa mendapat 50 bungkus berukuran 200gr atau sekitar 10 kg karena ada penyusutan hingga 20 persen,” ujar Kelompok Tani Rembulan, Dian Setyorini.
Dirinya bercerita bahwa kentang ini dibudidayakan melalui stek. Dengan usia tanam kira-kira 3 bulan lalu ditunggu 2,5 bulan untuk masa tunas.
“Untuk proses pergudangan, seberapapun hasil panen di lahan segera kami masukkan ke gudang. Misalnya kita tanam 1 hektare dan kita panen 5 ton. Lalu kita masukkan ke gudang. Pemakaiannya adalah tergantung pada hari itu mau masak berapa banyak. Pasokan kentang tidak hanya berasal dari milik pribadinya namun juga berasal dari anggota kami,” lanjut Rini, panggilannya sehari-hari.
Pemasaran hasil olahannya keripik kentang ini selain wilayah Banjarnegara, Wonosobo dan Dieng, juga melalui penjualan online.
“Harga untuk pouch premium seller Rp 27.500 atau di luar Rp 35 – 40 ribu. Kalau 200 gr sekitar Rp 32 ribu hingga Rp 40 ribu,” terang Rini.
Fasilitas bangsal pasca panen yang diterimanya berupa 1 unit seluas 8×12 dengan peruntukan 5 ruangan terdiri dari ruang pengolahan, ruang display, penyimpanan, kantor dan kamar mandi.
“Kementan luar biasa sangat membantu kami. Kami ucapakan kerima kasih kepada Bapak Menteri Pertanian, Bapak Dirjen Hortikultura yang sudah sangat membantu UMKM hortikultura untuk semakin maju,” tutup Rini.