Bagi masyarakat Indonesia, khususnya para penggemar masakan pedas, mengkonsumsi cabai adalah keharusan. Bahkan di beberapa menu nusantara khususnya masakan Minang, terkenal di antaranya bercita rasa pedas.
Cabai merah (Capsicum annum L) adalah tumbuhan perdu yang termasuk Family Solanaceae. Jenis sayuran satu ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi. Bahkan di beberapa musim tertentu kerap mengalami kenaikan harga yang signifikan hingga merepotkan sebagian ibu rumah tangga.
Sayuran yang ‘pedas’ ini mengandung alkaloid, capsaicin, yaitu yang memberikan rasa pedas yang kuat. Penelitian awal laboratorium pada hewan percobaan menunjukkan, bahwa capsaicin memiliki anti-bakteri, anti-karsinogenik, memiliki sifat analgesik dan anti-diabetes. Hal ini juga dapat mengurangi kadar kolesterol HDL pada orang kegemukan. Cabai merah dan hijau yang segar diperkaya vitamin C. Cabai juga kaya jenis antioksidan lain, seperti vitamin A dan flavonoid seperti karoten, lutein, zea-xanthin, dan cryptoxanthin. Cabai juga mengandung banyak mineral, seperti kalium, mangan, zat besi, dan magnesium. Kalium merupakan komponen penting dari sel dan cairan tubuh yang membantu mengontrol detak jantung dan tekanan darah. Mangan digunakan oleh tubuh sebagai co-faktor untuk enzim antioksidan, superoksida dismutase. Cabai juga termasuk dalam kelompok penghasil vitamin B-kompleks, seperti niacin, pyridoxine (vitamin B-6), riboflavin dan thiamin (vitamin B-1). Vitamin ini penting bagi tubuh, dan harus diperoleh melalui sumber eksternal.
Di tengah gonjang-ganjing fluktuasi harga, setiap unit rumah tangga khususnya yang memiliki areal pekarangan di rumah, ada baiknya mulai menanam cabai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meskipun areal yang dimiliki sempit, asalkan terdapat media tanam, proses menanam cabai bisa dilakukan. Selain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dapur, menanam cabai di pekarangan dapat menumbuhkan kesadaran keluarga agar mengenali dan mengetahui sumber-sumber pangan yang ada di sekitar kita dan menjadikan pekarangan sebagai sumber pangan dan gizi keluarga.
Sisi baik menanam sendiri cabai adalah kita tidak perlu repot membeli ke pasar atau ke warung. Tinggal praktis memetik dan langsung bisa digunakan. Lagipula tingkat konsumsi cabai merah rumah tangga terbilang sedikit. Kalaupun membeli banyak sekaligus, cabai segar tidak dapat bertahan lama, hanya kisaran 3 – 4 hari di suhu kamar. Hal ini dikarenakan cabai merupakan salah satu produk hortikultura yang mudah mengalami kerusakan setelah dilakukan pemanenan. Dengan memiliki tanaman sendiri, cabai yang sudah siap panen bisa bertahan di pohon selama waktu tertentu tanpa khawatir cepat busuk. Pada dasarnya memanfaatkan pekarangan adalah pekerjaan yang mudah dan menyenangkan karena :
- Semua anggota keluarga dapat saling membantu mengelola pekarangan
- Menanam cabai di pekarangan sendiri terbilang pekerjaan yang santai karena perawatan tanaman cabai cukup sederhana dan mudah
- Sebagai wadah untuk bercengkrama di sela-sela kesibukan sehari-hari
- Masa panen adalah masa yang menyenangkan, di mana anggota keluarga dapat dengan bangga memetik hasil kebun sendiri
- Ibu rumah tangga tidak perlu repot – repot membeli cabai ke pasar atau warung karena tinggal petik sendiri
Untuk memulai tanam sayuran di pekarangan, kita perlu melakukan beberapa rangkaian prosedur sebagai berikut:
- Buat tempat penanaman (bedengan) sesuai dengan kebutuhan
- Cangkul tanah sedalam 20 – 30 cm dan ratakan. Biarkan 1 minggu
- Tebarkan pupuk kandang / kompos di atas bedengan sebanyak + 1 kg/m2
- Siram dengan air sesuai kebutuhan
- Bedengan siap ditanami
- Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari
Apabila tidak memiliki tanah yang luas atau hanya memilik lahan yang sempit. Maka jangan berkecil hati, kita bisa menanam dengan tehnik vertikultur. Tehnik ini dilakukan dengan membuat rak bertingkat yang diisi dengan media tanah atau pot – pot, polybag atau bahkan kaleng bekas.
Cara membuat vertikultur cukup mudah. Buat rak bersusun dari bambu, kayu, alumunium atau pipa paralon berdiameter 10 – 15 cm. Belah dan isi dengan media campuran tanah, pasir, pupuk kandang dan kompos. Selain tanah, kita juga bisa menyusunnya dengan pot, polybag, dan kaleng bekas. Bila sudah terbentuk, kita tinggal memulai proses penanaman. Selamat mencoba! (Dsy)
Refensi:
Kenali Potensi Sumber Pangan Disekitar Kita, Pusat Konsumsi dan Keamanan Pangan, Badan Ketahanan Pangan
SOP Pasca Panen cabai Merah, Direktorat Jenderal Hortikultura, Cetakan ke 2 tahun 2015
Leaflet Menaman Sayur di Pekarangan Yuk! Ditjen Hortikultura
https://manfaat.co.id/manfaat-cabai
Penulis: Desy Puspitasari (Pranata Humas)