*Rilis Kementan, 22Juli 2020*
Nomor : 966/R-KEMENTAN/07/2020
Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan _early warning system_ (EWS)_ guna mengantisipasi ketersediaan komoditas bawang putih dari gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) serta keadaan iklim yang tidak kondusif.
Bawang putih merupakan komoditas hortikultura strategis yang sedang dikembangkan secara intensif. Namun demikian, praktek di lapangan seringkali terjadi berbagai masalah yang dapat menurunkan jumlah produksi. Salah satunya adalah perubahan ekosistem pertanian dan pola budidaya termasuk perubahan iklim (kekeringan/banjir). Kondisi ini ikut berdampak terhadap perkembangan populasi, jenis dan status OPT serta keadaan keseimbangan musuh alami.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto dalam keterangannya, Rabu (22/7) menjelaskan bahwa Data EWS Perlindungan Hortikultura telah dilakukan pada wilayah sentra utama pengembangan hortikultura.
Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo untuk selalu menekankan pentingnya basis data yang kuat dan akurat sebagai acuan awal dan akhir. Terkait data pertanian ini, Kementan berkoordinasi dengan Badan Pusat Statistik (BPS), Pemerintah Daerah (Pemda) dan instansi terkait lainnya.
Untuk komoditas bawang putih, wilayah EWS dipantau sebanyak 30 Kabupaten/Kota sebagai daerah sentra utama penyangga produksi nasional, baik di Pulau Jawa maupun di luar Pulau Jawa.
“Kami harapkan dengan terpantau dan terkawalnya lokasi ini, maka 75%- 80% luas tanam dan produksi bawang putih nasional aman. Data ini kami kawal dengan ketat dan dilaporkan oleh Direktorat Perlindungan Hortikultura secara periodik per 2 minggu,” ujar Prihasto.
Dijelaskan Prihasto, Data OPT tersebut meliputi Luas Tambah Serangan (LTS), Luas Keadaan Serangan (LKS) dan Luas Pengendalian (LP) OPT. Pantauan ini dilaporkan secara rutin sebelum tanggal 5 dan tanggal 20 bulan berjalan oleh Koordinator POPT Kabupaten (Kortikab). Berikutnya, dilaporkan ke sekretariat Satgas Perlindungan Kementerian Pertanian.
Saat ini OPT yang dominan pada tanaman bawang putih yaitu bercak ungu/trotol, layu fusarium dan ulat daun (Spodoptera exigua), namun demikian masih terkendali. OPT yang diwaspadai pada musim kemarau adalah ulat daun karena serangannya lebih banyak terjadi di musim kemarau.
Senada, Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf menjelaskan bahwa dalam Omengawal lokasi EWS bawang putih tersebut, pihaknya secara intensif berkoordinasi dengan kepala UPTD BPTPH Provinsi dan Kortikab POPT di Kabupaten/Kota sentra.
Caranya dengan melakukan langkah konkret di lapangan yaitu mendorong penerapan budidaya tanaman sehat, pemilihan benih varietas tahan yang sehat dan bebas OPT, pencelupan benih sebelum tanam dengan mikroba perakaran / _Plant Growth Promoting Rhizobacteria_ (PGPR), penggunaan perangkap likat kuning, perangkap feromon seks, lampu perangkap, _shading net_ serta pengendalian dengan menggunakan agens hayati ( Trichoderma_ spp).
“Untuk mengendalikan penyakit tular tanah seperti layu fusarium,” tambahnya.
Bahan pengendali yang ramah lingkungan ini juga dapat petani peroleh melalui klinik PHT atau LPHP wilayah setempat.
Yanti menambahkan, Kementan terus mendorong sosialisasi dan penerapan pengendalian OPT sesuai dengan sistim Pengendalian Hama Terpadu (PHT), pembinaan dan pendampingan pengendalian OPT. Baik oleh pusat (Direktorat Perlindungan Hortikultura) maupun daerah (Dinas Pertanian dan UPTD BPTPH Provinsi).
Secara nasional, data EWS disesuaikan hitungannya berdasarkan produksi rogol kering askip. Prediksi Ditjen Hortikultura pada Bulan Juni – Oktober 2020 terdapat produksi sebanyak 28.910 ton. Seluruh produksi bawang putih yang dihasilkan diasumsikan seluruhnya dijadikan benih untuk pertanaman selanjutnya. Angka produksi ini harus terus dilakukan pengawalan oleh petugas POPT di tingkat lapang dengan cara menurunkan tingkat serangan OPT untuk mengamankan produksi komoditas bawang putih nasional.
Penulis : Hendry Puguh Susetyo, SP, M.Si