Anggur merupakan salah satu buah populer di dunia. Tekstur, rasa, dan keragaman jenisnya serta manfaat yang diperoleh dari mengonsumsi buah ini membuat anggur semakin digemari. Anggur dipercaya dapat mencegah penyakit berbahaya seperti kanker, penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan konstipasi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa konsumsi makanan yang berasal dari tumbuhan seperti sayur dan buah-buahan dapat menurunkan risiko obesitas, penyakit jantung dan kanker.
Tanaman anggur berasal dari Eropa dan pada masa penjajahan dulu dibawa oleh Belanda ke Indonesia. Ada beberapa varietas anggur yang sudah beradaptasi dan cocok dengan iklim di Indonesia diantaranya saat ini dikenal dengan nama varietas Probolinggo Super, Probolinggo 81, Kediri Kuning, Bali, Red Prince/Prabu Bestari. Varietas-varietas tersebut sudah dilepas oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia.
Sentra produksi anggur Indonesia terdapat di Kota Probolinggo (Jawa Timur), Kabupaten Buleleng (Bali) dan Kota Palu (Sulawesi Tengah). Dari ke tiga daerah sentra tersebut yang paling besar adalah Kabupaten Buleleng.
“Usaha tani anggur sudah cukup lama berkembang di Kabupaten Buleleng, di mana anggur telah ditanam sejak tahun 1934 di Desa Pengastulan Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng”, jelas Kabid Hortikultura Kabupaten Buleleng, I Gede Subudi.
Jenis anggur yang ditanam saat itu adalah Gross Colman, Isabella, Frakenthaler dan Alphonzo Lavalle. Dari budidaya jenis anggur yang ditanam tersebut, ternyata jenis Alphonso Lavalle yang beradaptasi sangat baik di daerah tropis seperti di Kecamatan Seririt dan memberikan penghasilan yang cukup tinggi.
Kemudian sejak tahun 1984 terjadi pengembangan anggur yang demikian luas sampai ke kecamatan lainnya seperti Kecamatan Banjar dan Gerokgak, bahkan sudah mulai merambah secara sporadis di Kecamatan Sawan dan Kubutambahan. Sampai saat ini sentra produksi anggur yang dikenal dan ditetapkan menjadi kawasan anggur di Buleleng berada pada 3 (tiga) kecamatan yakni Seririt, Banjar dan Gerokgak.
Usaha tani anggur di Kabupaten Buleleng semakin berkembang karena dukungan dan kemitraan dari para penyuluh pertanian. Budidaya tanaman anggur ini mampu memperbaiki taraf hidup para petani dan menjadikan buah ini sebagai komoditas unggulan di samping buah-buahan lainnya.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka anggur Buleleng diusulkan untuk mendapat pengakuan varietas. Melalui SK Menteri RI No : 857/kpts/TP.240/12/1985 tertanggal 28 Desember 2005, anggur yang berkembang di Buleleng dilepas menjadi anggur Varietas Bali dan dipasaran dikenal dengan sebutan Anggur Bali.
Menurut Putu Santika, Kasie Buah Kabupaten Buleleng, Anggur Bali dapat dikonsumsi dalam bentuk buah segar maupun olahan seperti minuman (wine). Pemanfaatan anggur untuk konsumsi sebanyak 40% dan industri wine sebanyak 60%. Harga anggur segar di pasar berkisar Rp 5.000 – Rp 15.000,- per kg dan perusahaan wine membeli Rp 8.000,- per kg.
Petani di daerah sentra mengharapkan daya serapnya ditingkatkan sehingga mampu mengatasi masalah kelebihan produksi sekaligus meningkatkan pendapatan. Wine yang diproduksi memiliki kadar alkohol maksimal 10% dan diperuntukkan bagi wisatawan asing di beberapa hotel berbintang di Bali. Bentuk pengolahan hasil lainnya seperti sari buah, dodol anggur dan hasil olahan lainnya belum banyak digarap karena sebatas industri rumah tangga.
Melihat potensi anggur di Kabupaten Buleleng tersebut Direktur Buah dan Florikultura Sarwo Edhy, mengharapkan lebih banyak lagi peran swasta khususnya untuk membangun industri pengolahan kawasan sentra anggur Kabupaten Buleleng karena anggur memiliki nilai tambah yang dapat meningkatkan pendapatan petani sehingga taraf hidup petani meningkat. Tidaklah terlalu berlebihan kalau ke depannya Anggur Bali akan menjadi Primadona Anggur Nusantara.
“Kami berharap lebih banyak lagi peran swasta untuk membangun industri pengolahan kawasan sentra anggur. Tidaklah terlalu berlebihan kalau ke depannya Anggur Bali akan menjadi Primadona Anggur Nusantara”, jelas Sarwo Edhy, Direktur Buah dan Florikultura.