*Rilis Kementan, 14 November 2020*
Nomor : 1524/R-KEMENTAN/11/2020
Berbeda jauh dari kondisi pasar lokal, dracaena atau yang biasa dijuluki “Bambu Keberuntungan” justru menjadi salah satu tonggak ekspor florikultura. Di saat permintaan ekspor menurun tajam, ekspor dracaena masih berjalan meski tidak sebanyak di tahun sebelumnya.
“Permintaan ekspor dracaena dari beberapa negara tujuan ekspor masih tinggi hingga saat ini. Biasanya kami Alamanda bisa melakukan ekspor dracaena 2 – 3 kontainer tiap bulan. Rutinnya 2 kontainer tiap bulan. Bulan ini kami kirim 1 kontainer dracaena dengan tujuan ke Cina,” papar salah satu anggota Poktan Alamanda Sukabumi, Ahen di sela-sela kesibukannya mempersiapkan proses ekspor.
Di saat pandemi Covid-19 melanda sendi-sendi perekonomian di berbagai sektor tak terkecuali sektor pertanian, justru permintaan ekspor tanaman florikultura terutama dracaena dari Poktan Alamanda Sukabumi masih meningkat dan menjadi menguntungkan dikarenakan beberapa negara ekspor pesaing mengalami goncangan akibat pandemi Covid-19.
“Saat awal 2020, permintaan dracaena sempat turun. Sejak terjadi lockdown di beberapa negara, beberapa negara pengekspor dracaena lainnya turut menghentikan sementara ekspornya. Banyak _buyer_ yang beralih ke kita. Sejak Maret hingga sekarang, kami mengekspor hingga 20 kontainer dracaena. Pada 2021 kami sanggup menargetkan ekspor sebanyak 30 kontainer,” lanjut Ahen.
Selain negara China, negara yang masih eksis mengimpor dracaena dari Poktan Alamanda di antaranya negara-negara di benua Asia, Eropa, Rusia dan Amerika. Selain dracaena, Poktan Alamanda juga mengekspor polyscias ke Timur Tengah. Polyscias yang diekspor ada tiga jenis, di mana masing-masing jenis memiliki bentuk daun yang berbeda-beda.
“Pengembangan dracaena skala ekspor memang butuh usaha yang luar biasa. Inovasi produk terus dikembangkan. Setelah model rangkaian dracaena baru yang diluncurkan beberapa bulan lalu serta pengembangan vas dracaena, kami juga akan melakukan studi ke Vietnam terkait pengembangan tanaman Polyscias,” tambah Ahen.
Sebagai informasi, kata Ahen, Vietnam telah mengembangkan Polyscias untuk dimanfaatkan akarnya sebagaimana halnya ginseng. Disinyalir kandungan akar Polyscias dapat digunakan sebagai herbal. Jadi Polyscias ini tidak hanya memiliki nilai estetika di penampilan saja, tetapi juga bermanfaat sebagai bahan pengobatan.
Selain Poktan Alamanda, juga ada beberapa kelompok tani yang mengembangkan dracaena untuk tujuan ekspor di antaranya adalah Poktan Gandaresmi, yang berlokasi di Desa Karawang. Poktan Gandaresmi yang diketuai oleh Cecep tengah berencana untuk membuka ekspor tujuan Belanda. Terkait rencana ekspor ke Belanda, Poktan Gandaresmi akan berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi dan Badan Karantina Pertanian.
Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi mengungkapkan bahwa peluang ekspor masih sangat terbuka lebar. Tahun ini, Direktorat Jenderal Hortikultura mengembangkan dracaena seluas 1 hektare di Kabupaten Sukabumi untuk meningkatkan produksi. Bantuan pengembangan dracaena ini diberikan kepada lima kelompok tani dracaena. Tak hanya sampai di situ, pada 2021 akan diberikan tambahan anggaran untuk 2 hektare kawasan. Peningkatan jumlah permintaan ekspor belum bisa diimbangi dengan jumlah produksi karena luas lahan pengembangan dracaena saat ini masih terbatas. Dengan peningkatan luas lahan diharapkan dapat meningkatkan kuota ekspor serta meningkatkan gairah petani dalam pengembangan dracaena.