*Rilis Kementan, 30 Juli 2020*
Nomor : 1017/R-KEMENTAN/07/2020
Gowa (29/7)– Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) gencar mendorong peningkatan produksi bahan pangan pokok untuk memastikan pemenuhan kebutuhan seluruh rakyat Indonesia. Pasalnya ditengah pandemi yang belum diketahui kapan berakhirnya, menuntut seluruh negara mulai berfikir untuk menjaga cadangan pasokan pangannya masing-masing. “Negara yang tidak memiliki cadangan pasokan bahan pangan tentu akan kesulitan. Punya uang tapi belum tentu bisa membeli makanan. Untuk itu, Kementan terus memacu peningkatan produksi pangan sekaligus melakukan upaya diversifikasi pangan lokal seperti sagu, ubi kayu, jagung, talas, kentang dan pisang,” ujar SYL.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto saat dihubungi di sela-sela rangkaian kunjungan kerja Menteri Pertanian di Gowa (29/7), menyebut pihaknya kini terus mendorong gerakan mendorong produksi, daya saing dan ramah lingkungan hortikultura yang dikenal dengan _tagline_ ‘Gedor Horti’. Menurutnya, desain pengembangan kawasan hortikultura berdaya saing harus memperhatikan kesesuaian agroklimat dan sumberdaya lainnya dengan area pengembangan fokus di satu kecamatan melalui pengawalan intensif oleh kostratani.
“Perubahan mindset seperti ini lah yang kita harapkan dalam mendorong gerakan produksi, sehingga ketika kita evaluasi bagaimana outcomenya di satu kecamatan yang disebut sentra itu jelas hasilnya,” ujar Prihasto saat mengunjungi Balai Besar Tanaman Hortikultura, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan (29/07). Prihasto berharap bahwa pengembangan kawasan tidak lagi dalam kawasan dengan skala kecil, akan tetapi terfokus pada lokus tertentu sehingga mencapai skala ekonomi yang berdampak signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat khususnya petani.
Anton, sapaan akrab Dirjen Hortikultura menambahkan bahwa kunci sukses peningkatan produksi dan saya saing sebanyak 50% ditentukan oleh benih bermutu dan 50% oleh sarana budidaya lainnya. “Tanah yang subur, pupuk seimbang dan air yang cukup akan percuma jika benih yang digunakan bukan benih bermutu. Potensi hasil yang optimal tidak akan tercapai,” ungkapnya. Anton juga menekankan pentingnya uji DNA untuk mengetahui perbedaan antar varietas secara lebih akurat dengan mengidentifikasi susunan basa DNA (sequens DNA) dari varietas tersebut.
Terkait penyediaan benih bermutu, Anton menyebut peranan Balai Besar Hortikultura (BBH) yang tersebar di seluruh Indonesia menjadi sangat penting dan vital. Oleh karena itu, Anton menegaskan bahwa mulai tahun 2021, pemenuhan kebutuhan benih bermutu hortikultura akan disediakan langsung oleh BBH. “Kita kembalikan fokus desain pengembangan hortikultura sesuai jalurnya. Urusan penyediaan benih tentunya dilakukan oleh BBH sesuai kebutuhan pengembangan kawasan yang telah ditetapkan calon petani dan calon lokasinya. Demikian pula kegiatan pengendalian organisme pengganggu tanamannya juga akan mengikuti kawasan,” ujar Anton.
Abdul Gafar, Kepala Balai Benih Hortikultura (BBH) Provinsi Sulawesi Selatan menyatakan bahwa pihaknya siap mendukung desain pengembangan hortikultura tersebut. “Tugas pokok dan fungsi balai benih hortikultura adalah menyelenggarakan tugas teknis di bidang produksi benih tanaman hortikultura. Kami siap melakukan perbanyakan benih memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujar Gafar. Menurutnya, BBH Gowa memiliki 16 Instalasi Kebun Benih Hortikultura dan 1 unit Laboratorium Kultur Jaringan dengan total luas lahan mencapai lebih dari 82 ha.
Hingga semester 2 tahun 2020 ini, Balai Besar Tanaman Hortikultura Propinsi Sulawesi Selatan tercatat telah memproduksi 320.000 batang bibit tanaman buah (rambutan, kelengkeng, jeruk, durian, pisang, mangga dan manggis), 10.000 stek krisan, 80.000 knol kentang dan 200 kg benih bawang merah. “Keseluruhan benih tersebut untuk mendukung pengembangan kawasan hortikultura nasional. Dengan begitu produksi dan daya saing komoditas hortikultura diharapkan semakin meningkat,” tandas Gafar.