Mataram – Pusat bisnis dan pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Barat yang identik dengan kegiatan tata niaga dan pusat bisnis ternyata masih memiliki celah pengembangan kawasan sayuran. Melalui komunitas kelompok tani, Kota Mataram berhasil menumbuhkan kawasan sayuran perkotaan.
Kepala Seksi Pengembangan Kawasan Aneka Cabai, Hanang Dwi Atmojo saat melalukan kunjungan lapang di Kota Mataram, Rabu (11/9), mengungkapkan rasa bangga melihat kawasan sayuran dapat tumbuh di perkotaan. Ternyata tak hanya di desa, lingkungan perkotaan pun memiliki semangat untuk membangun kawasan sayuran. Tak sekedar menjadi konsumen, masyarakat juga mampu menjadi produsen sayur.
“Artinya masyarakat perkotaan tidak hanya menjadi konsumen namun mampu berproduksi sendiri. Ini merupakan contoh yang bagus. Saya berharap kota-kota lain bisa mengikuti,” ujar Hanang.
Kepala Seksi Pengambangan Produksi Hortikultura Kota Mataram, Rihul Jannah menyebutkan bersama kelompok tani, pertanaman aneka sayuran berhasil dilakukan. Kelompok Tani Kuntum di Kecamatan Ampenan Kota Mataram mengembangkan cabai rawit, bawang merah, sawi sendok, labu, terong dan golden melon.
“Yang menarik di sini, petani menjual langsung hasil panennya ke masyarakat sekitar. Rata-rata penjualan komoditas sayuran buah dan umbi per hari mencapai 50 kg. Artinya mampu memotong rantai tata niaga dengan penjualan langsung ke konsumen akhir. Dengan demikian harga di tingkat konsumen tidak terlalu mahal namun petani tetap mendapatkan keuntungan,” papar Rihul.
Ketua Kelompok Tani Kuntum, Japri juga memberikan peluang bagi semua kalangan yang tertarik untuk belajar budidaya sayuran di kebunnya. Dirinya sangat terbuka, bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk berbagi ilmunya. Tak hanya itu, Japri juga berhasil mendirikan Asosiasi Petani Cabai di Kota Mataram.
“Melalui asosiasi, posisi tawar petani lebih kuat dan pengaturan pola tanam menjadi lebih tertata. Saya sedang mencoba terobosan baru dengan mendirikan pasar lelang cabai. Saat ini sudah beroperasi seminggu sekali dengan kapasitas cabai 500 kg sekali transaksi,” kata Japri.
Pada kesempatan ini Japri menunjukkan lokasi pengembangan kawasan bawang merah milik kelompoknya. Lahan seluas 10 hektare di Kelurahan Kekalik Jaya, Kecamatan Sakarbela, Kota Mataram dalam waktu dekat akan menanam bawang merah varietas sanren dan lokananta. Japri menggunakan benih asal biji karena biaya produksi lebih murah meski waktu panen sedikit lebih lama.
“Besar harapan kami agar kelompok perkotaan terus mendapatkan fasilitasi pengembagan kawasan baik dari APBN ataupun APBD, sehingga kita bisa mandiri cabai dan bawang merah,” ujar Japri penuh harap.
Plt. Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Sukarman ketika dihubungi membenarkan bahwa pemerintah mendukung pengembangan sayuran perkotaan. Program ini dilakukan dengan memanfaatkan lahan-lahan tidur atau kurang produktif menjadi lahan menghasilkan.
“Pada 2019, Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian telah menyalurkan bantuan pengembangam kawasan cabai rawit seluas 30 hektare, cabai besar 20 hektare dan bawang merah 5 hektare di Kota Mataram. Seluruhnya sudah tertanam dengan baik,” pungkas Sukarman.
Penulis : Lukman
Editor : Desy