Propinsi Riau terletak di Pulau Sumatera dengan ibu kota Pekanbaru. Propinsi ini yang memilki luas 87.023,66 km ini memiliki petani yang semangat dalam bertanam sayuran. Selama ini sejumlah komoditas sayuran cabai, tomat dan bawang merah di Provinsi Riau sebagian besar didatangkan dari luar Riau seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Hal ini sejalan dengan kebijakan Menteri Pertanian Amran Sulaiman agar pengembangan hortikultura tidak hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa, Riau pun ikut mengembangkan berbagai macam sayuran.
Provinsi ini berupaya mencapai swasembada sayuran dengan memanfaatkan lahan tidur dan lahan pekarangan. Hal ini tentunya membutuhkan peningkatan kemampuan pengendalian dan penanganan Organisme Penganggu Tanaman (OPT). Gerakan Pengendalian OPT dilaksanakan oleh UPT Proteksi Tanaman Perkebunan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Riau (P3H) bersama petani sebagai stimulan dalam pengamanan produksi hortikultura. Pembinaan teknis, fasilitasi sarana pra sarana pengendalian OPT ramah lingkungan dalam bentuk perbanyakan agens hayati dan pestisida nabati terus disampaikan petugas POPT setempat.
Di Riau, tanaman cabai relatif luas dan menyebar merata antar kabupaten/kota sentra tanaman cabai terdapat di Kota Dumai, Kab. Siak Sri Indetapura, Kab. Kampar, Kab. Rokan Hulu dan Kota Pekanbaru. Tanaman bawang merah terbesar berada di Kabupaten Kampar. Kota Pekanbaru merupakan salah satu daerah yang didorong untuk pengembangan sayuran guna memenuhi kebutuhan masyarakatnya dengan harga murah.
“Komoditas yang cocok untuk dikembangkan di Pekanbaru selama ini adalah sayuran dataran rendah seperti cabai, bawang merah, terong, sawi, kangkung cabut, bayam, kacang panjang dan labu siam. Selain dipasarkan ke pasar tradisional juga ke pusat perbelanjaan modern di daerah ini,” ungkap Sambudi, petani sayuran dari Kelompok Tani Harapan Jaya, Desa Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan, Kota Pekanbaru.
Dia mengawali bertani sayuran sejak tahun 2003 silam. Di lahan seluas kurang lebih 1 hektare, beragam sayuran ditanam dengan waktu yang berbeda-beda dan ternyata dengan pola tanam demikian lebih menguntungkan.
“Dari bertanam aneka sayuran seperti cabai, bawang merah, kangkung, jagung manis, dengan biaya produksi Rp 4 juta rupiah untuk satu musim tanam bisa menghasilkan Rp 5 juta. Dari menanam sayuran bisa beli tanah sendiri,” katanya.
Paling tidak sayuran yang banyak dibutuhkan warga Kota Pekanbaru tak perlu lagi didatangkan dari luar. Selain itu juga dilakukan sosialisasi adanya OPT baru Spodoptera frugiperda yang perlu diwaspadai, bimbingan pengendalian OPT Ramli dan bantuan fasilitasi sarana pengendalian OPT sebagai stimulan dan upaya untuk mengendalikan serangan OPT secara ramah lingkungan diantaranya dengan penggunaan agens hayati Trichoderma sp., Beauveria, pemasangan feromon seks untuk ulat bawang.
“Semoga dengan kegigihan petani sayuran di Pekanbaru dapat menghasilkan sayuran yang sehat
dan aman konsumsi serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani,” ujar Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayantie Yusuf.
Penulis : Nadra Illiyana
Editor : Desy