Tidak salah jika Banyuwangi diklaim berpotensi menjadi sentra utama bawang putih di Jawa Timur. Selain masuknya program APBN seluas 150 hektare pada 2019, kehadiran dua importir besar bawang putih yang merealisasikan wajib tanam 5 persen di wilayah tersebut turut mendukung terwujudnya beberapa kawasan baru. Sebut saja Ijen, Glenmore dan Pesawaran yang terhampar lebih dari 300 hektare serta menyerap lebih dari 1000 orang tenaga kerja. Gudang – gudang penuh sesak dengan benih siap tanam hingga tahun depan.
Muhammad Khoiri, Kabid Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Banyuwangi mengaku tidak kesulitan dalam merealisasikan 150 hektare kawasan APBN.
“Kami pakai tender cepat dan saat ini sudah ada pemenangnya. Benih tidak ada kesulitan sama sekali. Kita bekerja sama dengan importir sekaligus penyedia benihnya. Diperkirakan sebanyak 60 ton benih siap kirim minggu depan. Petani sudah olah tanah, tinggal tanam menunggu benih datang,” terang Khoiri.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Moh. Ismail Wahab kagum atas pencapaian Banyuwangi dalam 2 tahun belakangan ini. Tidak hanya massifnya pembangunan di kota kaya budaya ini, namun pertaniannya tetap terjaga dengan baik. Hal di luar dugaan karena bawang putih tumbuh baik di ketinggian 400-500 m dpl.
“Ketinggian bukan satu-satunya penentu keberhasilan (bawang putih-red). Asal sinar matahari panjang, suhu dingin dan terpenting air cukup maka bisa tumbuh dan berumbi,” imbuh Ismail. “Banyuwangi memiliki semuanya. Lahan medium sampai dataran tinggi, benih yang tersedia, importir sekaligus penangkar, sumber daya manusia mulai terlatih budidaya bawang putih. Ini luar biasa.”
Afan, perwakilan PT. Lumbung Mineral Indonesia (LMI) turut menjelaskan proses yang harus ditempuh untuk membuka lahan lebih dari 150 hektare untuk pertanaman bawang putihnya.
“Tahap terberat yaitu saat membuka dan mempersiapkan lahan sampai akhirnya jadi seperti ini,” ungkap pengusaha muda ini. Afan yang bekerja sama dengan PTPN XII telah menempuh proses yang cukup panjang serta investasi miliaran rupiah untuk menjalankan komitmen wajib tanamnya.
Tidak hanya tanam di Banyuwangi, perusahaannya juga bermitra dengan petani di Pasuruan, Temanggung, Karanganyar dan Boyolali dengan total luasan 200 hektare.
“Jangan ditanya berapa (investasi-red), kalau mau jujur, tanam bawang putih ini tidak ada ruginya. Semua untung. Pemerintah dapat mempercepat program swasembada, penangkar untung, petani dapat mitra, ekonomi daerah meningkat, tenaga kerja terserap. Saya masih ada untung dari produksi dan impornya,” lanjut Afan.
Gundel, salah satu pekerja yang ditemui di lokasi mengungkapkan rasa senangnya dapat bekerja di kebun bawang putih.
“Alhamdulillah gaji harian di sini lebih baik, bikin kita semangat kerja. Semoga program ini terus belanjut. Banyak orang yang bergantung nasibnya dari kerjaan di sini,” harap Gundel.
Perkebunan bawang putih yang berada di lahan PTPN XII telah menjadi sumber penghasilan tambahan bagi pekerja kebun itu sendiri dan masyarakat sekitarnya.
Program swasembada bawang putih yang bergaung sejak 2017 dan ditargetkan tercapai pada 2021 nanti memerlukan penumbuhan sentra baru. Menyadari potensi yang dimiliki Banyuwangi, Ismail pun tidak ragu untuk menambahkan alokasi APBN 2019 di wilayah ini.
“Lahan ada, penangkar siap, benih melimpah. Saya akan tambahkan 300 hektare di sini ke depannya. Banyuwangi diyakini dapat menjadi sentra besar bawang putih di Jawa Timur bersaing dengan Malang dan wilayah eksisting lainnya,” tutup Ismail optimistis.
Editor : Desy