Sleman (25/09) — Kementerian Pertanian mendorong terwujudnya stabilisasi pasokan dan harga pangan strategis di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam berbagai kesempatan bahwa ketersediaan aneka cabai dan bawang merah harus terjaga dengan baik sehingga pasokan tercukupi, harga stabil, petani untung dan konsumen tersenyum.
Menindaklanjuti hal tersebut Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi melakukan kunjungan ke salah satu sentra aneka cabai yaitu Sleman, di mana dalam 5 bulan terakhir ini menjadi primadona bagi kelompok tani karena pasar lelangnya.
“Malam ini saya datang ke sini yang ke dua kalinya dan ternyata sungguh luar biasa pesat perkembangannya”, ungkap Suwandi.
Suwandi membuka pasar lelang cabai didampingi Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman Heru Saptono dan Direktur Buah dan Florikultura Sarwo Edhi.
“Dengan ucapan _Bismillahirrahmanirrahim_, pasar lelang malam hari ini saya nyatakan dibuka”, ucap Suwandi disertai gemuruh tepuk tangan semua kelompok tani binaan yang hadir.
Menurut Suwandi, harga pada saat malam kedatangannya makin membaik bila dibanding satu minggu sebelumnya. Saat ini harga di pasar lelang puncak merapi, cabai merah keriting Rp 20.500 per kg total penjualan 3.4 ton. Sementara harga cabai rawit merah Rp 12.700 per kg dengan total penjualan 1,3 ton. Total perdagangan kedua jenis cabai ini sehingga 4,7 ton.
“Malam ini saja perputaran uang mencapai sekitar Rp 87 juta. Sehingga bila dikalkulasikan, dalam sebulan perputaran uang di pasar lelang ini bisa mencapai Rp 2,6 miliar. Sungguh luar biasa dan Insya Allah bisa mensejahterakan petani. Uang bisa langsung dibawa pulang oleh petani”, pungkasnya.
Menurut Heru Saptono, Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman menyampaikan bahwa perkembangan pasar lelang merapi cukup pesat bila dibandingkan dengan 5 bulan sebelumnya. Saat ini anggota kelompok binaan semakin kompak dalam menghimpun semua produk cabai yang ada sehingga volume yang masuk juga semakin banyak karena kesadaran petani akan pentingnya pasar lelang semakin gencar. Bahkan beberapa daerah seperti Sulawesi Tengah, Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Barat sudah berkunjung ke lokasi ini untuk bisa melihat langsung aktivitas pasar lelang Puncak Merapi bahkan bertekad untuk mereplikasi di wilayahnya.
“Perkembangan pasar lelang Merapi cukup pesat bila dibandingkan dengan 5 bulan sebelumnya. Saat ini anggota kelompok binaan semakin kompak dalam menghimpun semua produk cabai yang ada di wilayah Sleman sehingga volume yang masuk juga semakin banyak karena kesadaran petani akan pentingnya pasar lelang semakin gencar”, jelas Heru.
Kemajuan yang nampak saat ini adalah tempat yang digunakan sudah permanen berupa bangunan bangsal pascapanen berkat bantuan dari Ditjen Hortikultura Kementerian Pertanian. “Kami berterima kasih kepada Kementan atas bantuan dan dukungannya terhadap pasar lelang”, pungkas Heru.
“Pasokan cabai rata-rata 3 – 5 ton per hari yang terdiri dari cabai keriting sebanyak 2,5 – 4 ton/hari dan rawit 0,5 – 1 ton per hari dipasok dari petani”, jelas Sholeh, Pengelola Pasar Lelang dan sekaligus Ketua Asosiasi Hortikultura Puncak Merapi.
Lokasi pelelangan dan titik kumpul berasal dari delapan titik, yaitu pertama Kelompoktani Karang Kalasan Tirtomartani Kalasan, kedua Kelompoktani Pucangan Widodomartani Ngemplak, ketiga Kempoktani Ngemplak I Umbulmartani Ngemplak, keempat Gapoktan Sariharjo Ngaglik, kelima Gapoktan Margoagung Seyega, keenam Gapoktan Tridadi, kebon agung Tridadi Sleman, ketujuh Kelompoktani mangkudranan , Margorejo Tempel dan kedelapan Kelompoktani Gondoarum, Wonokerto Turi.
“Titik kumpul yang tiap hari pasok ke lelangan adalah Gapoktan Tridadi, Syehan dan Sariharjo sedangkan yang lain seminggu 2 kali”, tambah Sholeh.
Direktur Jenderal Hortikultura Suwandi menyampaikan bahwa pasar lelang ini sudah mulai berkembang sekitar 20 kabupaten dan diharapkan agar direplikasi di sentra kabupaten lainnya.
Pasar lelang adalah _soft system_ sehingga tidak memerlukan investasi infrastruktur yang mewah. “Hanya cukup bangunan bangsal sederhana saja, yang penting tersedia tempat lelang ketemu antara penjual dan pembeli. Bahkan di Sleman ini penawar tidak perlu hadir, tapi cukup SMS besarnya menawar harga ke pengelola lelang”, ungkapnya
Suwandi menyampaikan ada 10 langkah strategis guna pengamanan dan stabilisasi pasokan dan harga yakni pertama, menyeimbangkan pasokan dengan ekstensifikasi kawasan di luar Jawa; kedua intensifkan teknologi pada sentra di Jawa; ketiga peningkatan kapasitas petani di luar Jawa; keempat khusus bawang merah pengenalan penggunaan benih biji (TSS) untuk bawang merah sehingga efisien biaya 65 persen; kelima penajaman manajemen dengan petani champion, keenam mengatur pola tanam antar waktu dan antar wilayah; ketujuh pembentukan pasar lelang hortikultura menjaga stabilitas harga dan transparansi di farmgate, one region one price, petani memperoleh harga tertinggi, cash and carry serta memotong rantai pasok; kedelapan hilirisasi produk menjadi olahan skala rumahtangga dan bermitra industri agar turut menyerap, kesembilan teknologi penyimpanan sehingga lebih awet dan tahan lama, dan kesepuluh perluasan ekspor.
“Diharapkan tahun 2018 ekspor bawang merah naik minimal dua kali lipat dibanding tahun”, tukas Suwandi.