Jakarta – Kementerian Pertanian menjamin ketersediaan cabai dan bawang merah jelang akhir tahun dan awal tahun 2018 aman. Kegiatan panen dan penanaman saling silih berganti memastikan stok selanjutnya. Pola manajemen ini ampuh mengatasi kelebihan bahkan kekurangan stok tiap bulannya. Pola tanam yang terjadwal menjadi kunci ketersediaan stok.
Dirjen menyampaikan ketersediaan cabai besar nasional pada Desember 2017 sebanyak 104.064 ton, sementara kebutuhan hanya 95.652 ton. Ini artinya surplus sebesar 8.412 ton. Sedangkan pada Januari 2018 stok diperkirakan 102.153 ton, kebutuhan 93.311 ton dan kelebihan stok sebesar 8.842 ton.
Dirjen Hortikultura memastikan bahwa setiap hari jajarannya memantau perkembangan stok cabai dan bawang merah. Diakui memang ada beberapa daerah yang harga cabai rawit anjlok hingga Rp 9.000 per kilogram. Hal berlawanan terjadi pada pasar ritel Jakarta di mana harga melebihi Rp 40.000 per kg. Ada kenaikan dratis hingga 400%.
Ketersediaan cabai rawit nasional sebanyak 81.637 ton, kebutuhan 73.099 ton. Inipun artinya surplus 8.538 ton. Pada Januari 2018 pasokan sebanyak 77.84 ton, kebutuhan 69.843 ton, terdapat kelebihan stok 8.004 ton.
“Bawang merah pada Desember 123.849 ton, kebutuhan 109.437 ton, ada kelebihan 14.412 ton. Januari pasokan 117.904 ton, permintaan berkisar 101.597 ton. Maka itu ada surplus 16.308 ton”, jelas Dirjen Hortikultura Spudnik Sujono ditemui wartawan pada Rabu (27/12).
Ada cerita menarik ditemui Dirjen pada saat lawatannya ke beberapa sentra bawang merah. Bila umumnya petani mengeluhkan datangnya musim hujan, beda halnya yang terjadi di Purbalingga. Petani di Purbalingga memakaikan sungkuk pada tanamannya. Mereka mengatakan bahwa cara ini cukup efisien guna menangkal derasnya curah hujan.
Ditjen Hortikultura juga memastikan penanaman sudah diatur sedemikian rupa di tiap daerah penghasil bawang. Meskipun upaya manajemen penanaman telah dilakukan secara optimal di berbagai daerah sentra bawang merah, namun Dirjen tetap mensinyalir ada upaya beberapa oknum menciptakan keadaan seolah-olah dibuat kondisi keadaan buruk. Ini dilakukan para spekulan guna menaikkan harga sesuka hati. (Dsy)