Jakarta (27/12) – Siapa yang tidak kenal Brebes? Kota ini terkenal dengan bawang merahnya. Bawang merah di Brebes melimpah ruah. Dalam lawatannya ke daerah penghasil bawang merah ini Dirjen menemukan bawang panen dilakukan setiap harinya.
“Saya sudah keliling. Brebes panen bawang merah setiap hari”, jelas Dirjen Hortikultura Spudnik Sujono. Maka logikanya dengan panen setiap hari, maka stok terjamin setiap harinya.
Ditjen Hortikultura membangun kerjasama dengan membentuk champion dua tahun belakangan ini. Bersama dengan champion, dibentuklah kawasan cabai dan bawang merah. Para champion ini dengan sukarela berkomitmen menjaga ketersediaan stok sekaligus membantu stabilisasi harga manakala harga naik.
“Kita bikin kawasan cabai dan bawang. Ini bisa membantu. Terbukti para champion ini sudah bekerja sama dengan Bulog, TTI, PPI bahkan industri besar yang membutuhkan. Ke depan kita akan perkuat. Demikian juga dengan Papua dan Kalimantan. Kita inginkan Papua, Kalimantan dan Maluku Utara kuat”, jelasnya.
Kita jaga betul supply di lapangan. Bahkan di Pasar Kramat Jati tidak boleh ada over supply. Jadi artinya saya sudah kontrol. Kalau harga naik Rp 1000 – 2000 okelah. Kalau naik jadi Rp 40 ribu itu pindah harga namanya.
Dirjen juga meminta agar harga di Papua tidak dijadikan acuan. Jelas kondisi di sana berbeda dengan daerah kebanyakan. Dirjen juga memperhatikan betul distribusi harga. Harga di tiap daerah bervariasi dan dinamis. Namun demikian upaya terpenting adalah keamanan produksi.
Disinggung mengenai ekspor, “Alhamdulillah harga bawang 10.500. bahkan Sumbawa sudah ekspor“, jelas Dirjen.
Kesusksesan pengawalan stok bawang merah tidak lepas dari kerja sama antara Kementerian, dalam hal ini Menteri Pertanian bersinergi dengan Menteri Perdagangan hingga pada level unit Eselon I. Hal ini tentunya memudahkan pencapaian swasembada bawang merah. “Tahun 2018 bawang merah amanlah”, yakin Dirjen. (Dsy)