Salah satu sentra komoditas hortikultura, khususnya bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) yang cukup besar di Indonesia terdapat di Kabupaten Cirebon, provinsi Jawa Barat. Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan yang sudah sejak lama diusahakan petani di Kabupaten Cirebon secara intensif. Komoditas bawang merah merupakan sumber pendapatan dan berkontribusi terhadap pendapatan daerah. Budidaya bawang merah mengalami risiko saat berada di pertanaman, diantaranya kerusakan akibat iklim mikro dan serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). OPT yang berpotensi menyebabkan kehilangan hasil pada tanaman bawang merah diantaranya ulat bawang, lalat pengorok daun, trips, ulat grayak, orong-orong (anjing tanah), penyakit trotol (bercak ungu), penyakit antraknosa, penyakit layu fusarium (moler), penyakit embun tepung, dan virus mosaik bawang.
Menurut pemberitaan media massa pada tanggal 1 Februari 2017, diperoleh informasi bahwa sebagian besar petani bawang merah di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, menderita kerugian karena tanaman mereka banyak yang mati diserang Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) “grandong” atau pengorok daun (Liriomyza sp) dengan gejala tanaman bawang yang ditanam mati begitu saja, daunnya menguning dan kering, jika tanaman bawang dibiarkan tanaman akan segera membusuk. Kerugian secara ekonomi atas serangan hama yang diduga pengorok daun tersebut sekitar Rp. 15.000.000,- sampai Rp. 40.000.000,-. Petani bawang di musim hujan bulan Januari 2017 ini mengalami kerugian cukup besar, mayoritas petani pada musim hujan ini petani banyak mengalami kerugian sampai puso karena bawang mati pada usia dini berbeda dengan kondisi tahun lalu dimana kondisi iklim lebih baik untuk menunjang budidaya bawang merah, diduga disebabkan tingginya intensitas hujan sejak Desember 2016–Januari 2017.
Laporan serangan hama pada bawang merah terjadi di sentra bawang merah Kecamatan Pangenan, namun juga di beberapa kecamatan lain di wilayah timur Kabupaten Cirebon seperti Kecamatan Losari, Gebang, Babakan dan Ciledug, petani rata-rata mengalami kerugian puluhan juta rupiah. Menurut laporan media yang didapatkan dari keterangan petani bawang di lokasi pertanaman yang terserang OPT, tingginya curah hujan menyebabkan tanaman bawang rusak dan terkena virus.
Informasi juga didapat dari petani bawang asal Blok Kalibangka, Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, yang mengalami kerugian hingga Rp. 20.000.000,- setelah bawang yang ditanamnya tidak berkembang maksimal sehingga banyak yang mati karena diduga terserang virus. Biasanya petani memilih pengendalian mekanis dengan membabat habis tanaman bawang yang sudah terserang hama dan aplikasi pestisida kimia dengan harapan seragan tidak meluas ke tanaman yang lain.
Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dalam kegiatan pengendalian OPT secara ramah lingkungan merupakan pendekatan ekologis yang bersifat multidisiplin dengan memanfaatkan beragam taktik pengendalian OPT yang kompatibel dalam suatu koordinasi pengelolaan OPT. Pelaksanaan PHT dilaksanakan sejak perencanaan tanam sampai pascapanen, termasuk pemilihan lahan, benih, pemeliharaan tanaman, pengamatan OPT, keputusan pengendalian, panen dan penanganan pascapanen. Prinsip PHT didasari oleh empat prinsip, budidaya tanaman sehat, pemanfaatan musuh alami, pengamatan rutin dan melatih petani sebagai ahli PHT.
 Kondisi serangan OPT yang menyerang pertanaman bawang merah di Kabupaten Cirebon
Kunjungan kerja ke Kabupaten Cirebon telah dilakukan dalam rangka tanggapan pemberitaan serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) lalat penggorok daun / grandong yang menyebabkan kehilangan hasil pada pertanaman bawang merah milik petani di kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon pada tanggal 3 Februari 2017 dengan hasil kunjungan kerja sebagai berikut :
A. Keadaan Serangan OPT
- Serangan hama lalat pengorok daun Liriomyza sp (grandong) pada pertanaman bawang merah di kecamatan Pangenan, kabupaten Cirebon, seperti berita yg ada di media memang terjadi, intensitas data serangan ringan, tidak seperti berita yang beredar di media, data serangan yang sebenarnya lebih kecil dari informasi yang diberitakan;
- Dari pertanaman bawang merah seluas 33 ha dilokasi serangan, pertanaman sudah selesai dilakukan pemanenan, hanya tersisa kurang dari 2 ha;
- Kepemilikan lahan petani bawang merah bernama Yusuf yang diberitakan tersebut hanya seluas 0,5 ha, informasi tambahan bahwa selain melakukan usaha tani, profesi pak Yusuf adalah sebagai pengepul / penebas;
- Kondisi pertanaman bawang merah di lahan pak Yusuf memang terserang pengorok daun, namun kondisi saat ini sudah dipanen. Jika dibandingkan dengan luas keseluruhan pertanaman bawang merah di kabupaten Cirebon seluas 764 ha (umur tanaman bervariasi antara 0 – 80 hst), dan juga jika dibandingkan dengan luas pertanaman bawang merah di kecamatan Pangenan yg mencapai 33 ha, maka lahan bawang merah pak Yusuf masih dapat dikategorikan lahan kecil;
- Pada pemberitaan media, disebutkan bahwa adanya kehilangan hasil yg di duga akibat serangan ulat grandong / pengorok daun, namun ketika kami melakukan kunjungan lapangan serangan pengorok daun tersebut tidak ditemukan. Dari hasil pengamatan kami disekitar lokasi tersebut memang ditemukan serangan penyakit berupa penyakit layu fusarium sp / moler, trotol, embun tepung dengan intensitas serangan ringan dan hanya berupa spot-spot kecil dengan jumlah yang sedikit;
- Masalah lain yang ada di pemberitaan media adalah terdapatnya hasil panen bawang yang busuk di beberapa lokasi, namun setelah diadakan pengamatan nampaknya bawang tersebut busuk karena terkena serangan penyakit layu Fusarium sp dan akibat terkena banjir, sehingga bawang tersebut dipanen dalam keadaan basah, dengan cuaca yang sering hujan bawang tersebut sulit untuk dikeringkan. Serangan OPT yang terjadi pada tanaman bawang merah masih berada di bawah ambang ekonomi;
- Saat ini luas pertanaman bawang merah di Kabupaten Cirebon seluas 764 ha dengan persentase serangan OPT 44 ha dari total luas pertanaman 764 ha (5,76 %). Luas keadaan serangan OPT (berdasarkan periode pengamatan 16 – 31 Januari 2017) adalah :
a. Penyakit Layu Fusarium / moler (busuk pangkal umbi / Fusarium oxysporum) seluas 6 ha (di Kecamatan Pabedilan 5 ha   dan Pangenan 1 ha) dengan kategori serangan ringan;
b. Penyakit Trotol (Alternaria porrii) 16 ha (di Kecamatan Ciledug 1 ha, Pabuaran 5 ha, Pabedilan 1 ha, Babakan 4 ha, Â Â Gebang 2 ha dan Pangenan 3 ha) dengan kategori serangan ringan;
c. Penyakit Embun Tepung (Peronospora sp) 4 ha (di Kecamatan Waled 4ha) dengan kategori serangan ringan; dan
d. Ulat Bawang (Spodoptera exigua) seluas 18 ha (di Kecamatan Waled 7 ha, Pabuaran 3 ha, Pabedilan 1 ha, Babakan 5 ha dan Astanajapura 2 ha) dengan kategori serangan ringan.
B. Upaya Pengendalian OPT
Keberhasilan menjaga produktivitas bawang merah di Kabupaten Cirebon salah satunya adalah karena adanya upaya dan peranan pencegahan dan pengendalian serangan OPT sejak di awal pertanaman. Dalam kegiatan pengendalian OPT pada tanaman bawang merah secara ramah lingkungan, petani bawang merah di Kabupaten Cirebon di bawah binaan Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon dan LPHP Indramayu UPTD BPTPH Provinsi Jawa Barat, telah melaksanakan langkah – langkah pengendalian untuk pengamanan produksi sebagai berikut :
a. Pemilihan bibit bawang merah yang sehat;
b. Seed Treatment dengan aplikasi agens hayati atau menggunakan fungisida sintetik;
c. Aplikasi pupuk organik, Trichoderma sp dan kompos (Trichokompos) serta aplikasi Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR);
d. Pengaturan jarak tanam dan pemupukan berimbang;
e. Aplikasi perangkap Sex Feromon, perangkap lampu dan perangkap likat kuning;
f. Aplikasi pestisida nabati dan penanaman tanaman refugia di sekitar pertanaman bawang merah.
C. Perkembangan Luas Tanam dan Luas Panen
– Kunjungan lapang dilakukan di Desa Pakusambih, Kecamatan Babakan dan Desa Gebang, Kecamatan Gebang dengan pertanaman kurang lebih seluas 350 ha dengan umur pertanaman antara 25 – 30 hari, kondisi pertanaman bawang merah terpantau sehat, varietas yang ditanam adalah Bima Curut dan Bima Timur. Untuk langkah pengendalian OPT dibantu perlakuan pengendalian pre – emtif yaitu menggunakan perangkap likat kuning dan light trap, dengan rencana panen bawang merah pada akhir bulan Februari 2017.
– Data perkembangan luas tanaman bawang merah dari Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon adalah :
a. Luas tambah tanam bawang merah pada bulan Januari 2017 di Kabupaten Cirebon adalah seluas 328 ha, dengan lokasi pertanaman di Kecamatan Ciledug seluas 20 ha, Pabuaran seluas 9 ha, Losari seluas 22 ha, Pabedilan seluas 31 ha, Babakan seluas 139 ha, Gebang seluas 94 ha, Karangsembung seluas 2 ha, Karangwareng seluas 2 ha, dan Kecamatan Pangenan seluas 9 ha. \
b. Luas panen bawang merah pada bulan Januari 2017 di Kabupaten Cirebon adalah seluas 761 ha, dengan lokasi di Kecamatan Waled seluas 136 ha, Ciledug seluas 27 ha, Pabuaran seluas 9 ha, Losari seluas 147 ha, Pabedilan seluas 141 ha, Babakan seluas 129 ha, Gebang seluas 162 ha, Karangsembung seluas 3 ha, dan Pangenan seluas 7 ha.
c. Perkiraan panen bawang merah pada bulan Februari 2017 di Kabupaten Cirebon seluas 616 ha dengan lokasi di Kecamatan waled seluas 5 Ha, Ciledug seluas 9 Ha, Pabuaran seluas 25 Ha, Losari seluas 247 Ha, Pabedilan seluas 124 Ha, Babakan seluas 50 Ha, Gebang seluas 114 Ha, Karangsembung seluas 19 Ha, Karangwareng seluas 3 Ha, Susukan Lebak seluas 4 Ha dan Pangenan seluas 16 Ha.
D. Ketersediaan / Stock Bawang Merah
– Kunjungan ke gudang penyimpanan bawang merah dilakukan ke gudang penyimpanan milik Bapak Agusman (Ketua Asosiasi Benih Bawang Merah Kabupaten Cirebon). Saat ini Beliau memiliki stok benih bawang merah sebanyak 400 ton sedangkan untuk bawang merah konsumsi sebanyak 300 ton. Disamping itu, di lokasi gudang penyimpanan lain, didapatkan informasi dari Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon bahwa untuk bawang merah konsumsi di gudang milik Pak Haji Nudin memiliki simpanan stock sebanyak 300 ton, sedangkan di gudang milik Pak Sambas sebanyak 400 ton serta Bapak Beni Brebes sebanyak 300 ton.
– Hasil wawancara dengan petani bawang merah yang dilakukan di lokasi pertanaman, pada saat ini harga bawang merah di tingkat petani berkisar antara Rp. 8000,- sampai Rp. 10.000,- /kg, untuk bawang merah kering 4 hari, sedangkan untuk bawang merah kering askip berkisar di harga Rp. 14.000,- sampai Rp. 16.000,- / kg. Untuk harga di tingkat pasar, harga bawang merah rogol antara Rp. 22.000,- sampai Rp. 23.000,- /kg.
E. Rekomendasi Pengendalian OPT yang diberikan:
– Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna/optimal (penggunaan trichokompos, PGPR),
– Penggunaan PGPR untuk perlakuan benih sebelum tanam (PGPR dapat didapatkan melalui petugas POPT-PHP setempat), konsultasi lebih lanjut dapat dilakukan dengan petugas POPT dan klinik tani setempat.
– Aplikasi mikoriza sebelum tanam
– Dilakukan pengukuran pH air di lokasi yang digunakan untuk aplikasi pestisida (rekomendasi yang diberikan oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran dengan pH 5), dapat digunakan kertas lakmus maupun pH meter digital
– Pemberian pupuk organik cair (POC) untuk merangsang pertumbuhan daun (pupuk daun, misalnya Gandasil, Genius)
– Penanaman tanaman border (misalnya tanaman jagung, orok-orok) sebagai pelindung
– Penanaman refugia untuk konservasi musuh alami (misalnya Turnera, kenikir, dan bunga matahari)
– Pemasangan perangkap likat kuning, perangkap sex feromon pada lahan
– Pemberian bantuan dari Direktorat Jenderal Hortikultura:
 Perangkap Lampu 16 Unit;
 Perangkap Likat Kuning 100 lembar;
 Perangkap Feromon exi 5 Unit;
 Pupuk Organik Cair (POC) 10 liter;
 Trichoderma sebanyak 10 Kg;
 Fungisida Detazeb 80 WP 5Kg.
– Bantuan tersebut sudah diterima oleh Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon pada tanggal 2 Februari 2017
– Varietas benih bawang merah perlu diperhatikan (yang tahan terhadap OPT dan sesuai dengan musim
Disusun dan diolah dari berbagai sumber oleh :
Hendry Puguh Susetyo, SP, M.Si
POPT Ahli Muda – Direktorat Perlindungan Hortikultura